laporan horti kailan

PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Kultivar collard sama dengan kailan, tetapi memilki ukuran daun yang lebih besar, dan permukaan serta sembirdaun yang rata. Pada tipe tertentu, daun yang tersusun secara spiralini selalu bertumpang tindih sehingga agak mirip kepala longgar. Sifat kalian dan kollard yang penting adalah jumlah, bentuk, ukuran dan tekstur daun, serta daun dan panjang batang                                  (Rubazky dan Yamaguchi, 1998).
Tipe kalian sangat beragam, sebagian besar sayuran kalian memiliki banyak daun besar yang sangat keriting yang tumbuh tegak. Bentuk daun keriting ini terjadi karena pertumbuhan yang tidak proporsional sepanjang sembir daun, sedangkan penampakan yang keriput disebabkan oleh pertumbuhan bagian lembar daunyang idak seragam. Karena batang tebal dan daun jagur menghasilkan biomassa yang sangat besar  kalian tertentu, seperti tipe batang berongga ditanam khusus untuk pakan ternak  (Agustina, 1990).
Tanaman kailan dikenal dengan daun roset yang tersusus spiral kearah puncak batang tak bercabang. Pada berbagi kultivar, batang ini biasanya agak pendek, walaupun tinggi batang pada kultivar tertentu dapat lebih dari satu meter. Kultivar berbatang pendek lebih mudah ditanam, dan tidak cenderung roboh, khususnya ketika ditanam melewati musim dingin (Widiastuti, 2005).
            Kailan sebenarnya termasuk satu spesies dengan kubis kepala tetapi tidak pernah membuat kepala dan hanya membentuk daun biasa hingga membentuk kubis daun tanaman kalian lebih dikenal sejak jaman yunani kuno, dan sekarang banyak ditanam di mana – mana walaupun dalam skala kecil (Prabawa, 2007).
            Ulat daun kubis atau tritip sering disebut hama badas atau hama woyang. Ada pula yang menyerang ulat tritiptanaman inangnya antara lain kubis, lobak, sawi, brokoli, dan kubis kale. Kubis tunas dan tanaman lain yang termasuk keluarga crucifera . ulat kubis menyerang tanaman baik yang muda maupun yang dewasa. Hama ini tidak hanya menyerang kubis tetapi juga lobak dan sayuran lainnya. Pada umumnya serangan ulat ini terjadi secara eksplosif pada musim kemarau , sehingga kerugian yang ditimbulkan dapat mencapai 100 %. Larva memakan daun kubis dengan jalan membuat lobang pada permukaan bawah daun kemudian larva membentuk liang – liang kenok hingga ke daun dan jaringan daun pada permukaan bawah daun (Setyati, 1989).
Tujuan Penulisan
            Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui tanggap pertumbuhan tanaman kailan (Brassica oleraceae) terhadap pemberian berbagai dosia pupuk Urea dan TSP.
Hipotesis Percobaan
-                Diduga ada pengaruh pemberian dosis pupuk Urea pada pertumbuhan              kailan (Brassica oleraceae)                     
-                Diduga ada pengaruh pemberian dosis pupuk TSP pada pertumbuhan              kailan (Brassica oleraceae)
-                Diduga ada interaksi antara pengaruh pemberian dosis pupuk Urea dan TSP pada pertumbuhan kailan (Brassica oleraceae).
Kegunaan Percobaan
-                Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test di Laboratorium Teknologi Tanaman Hortikultura Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara, Medan.
-                Sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.



















TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Steenis (1975) klasifikasi tanaman kailan adalah sebagai berikut:
Kingdom           : Plantae
Divisio               : Spermatophyta
Subdivisio        : Angiospermae
Kelas                 : Dicotyledoneae
Ordo                  : Papavorales
Famili               : Cruciferae (Brassicaceae)
Genus                : Brassica
Spesies             : Brassica oleraceae Var. acephala
Tanaman kailan yang dibudidayakan umumnya tumbuh semusim (annual) ataupun dwimusim (biennual) yang berbentuk perdu. Sistem perakaran relative dangkal, yakni menembus kedalaman tanah antara 20-30 cm                                          (Joko dan Wibisono, 2007).                      .
Batang tanaman kailan umumnya pendek dan banyak mengandung air (herbaceous). Disekeliling batang hingga titik tumbuh terdapat tangkai daun yang bertangkai pendek (Setyati, 1989).
Tanaman ini dikenal dengan daun roset yang tersusun spiral kearah puncak cabang tak berbatang. Sebagian besar sayuran kailan memiliki ukuran daun yang lebih besar, dan permukaan serta sembir daun yang rata. Pada tipe tertentu, daun yang tersusun secara spiral ini selalu bertumpang tindih sehingga agak mirip kepala longgar (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Umumnya bunga berwarna kuning namun ada pula yang berwarna putih. Bunganya terdapat dalam tandan yang muncul dari ujung batang/tunas. Kailan berbunga sempurna dengan enam benang sari yang terdapat dalam dua lingkaran. Empat benang sari dalam lingkaran dalam, sisanya dalam lingkaran luar (www.fas.org/sgp/crs/natsec/RS22122.pdf, 2010).
Buah–buah kailan berbentuk polong, panjang dan ramping berisi biji. Biji-bijinya bulat kecil berwarna coklat sampai kehitam-hitaman. Biji-biji inilah yang digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman kailan                                  (www.pustaka-deptan.go.id/agritek/lip50073.pdf, 2010).
Syarat Tumbuh
Iklim
Untuk penanaman yang kurang mendapat sinar matahari (terlindung), pertumbuhan kailan akan kurang baik dan mudah terserang penyakit, dan pada waktu masih kecil sering terjadi pertumbuhan terhenti (stagnasi, etiolasi) (www.organikpro.com/files/kailan-Panduan_Menanam.pdf, 2010).
Kailan menghendaki keadaan iklim yang dingin selama pertumbuhannya. Suhu yang baik berkisar antara 15-250C serta cukup mendapat sinar matahari (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Kailan adalah suatu sayuran musim dingin atau lembab, dapat juga pada musim panas jangka pendek. Pertumbuhan kailan sepanjang tahun dan pada musim semi, kelembaban tinggi dan tumbuh baik pada ketinggian 1000 – 2000 di atas permukaan laut (Damanik dkk., 2010).

Tanah
Pada tanah-tanah yang masam (pH kurang dari 5,5), pertumbuhan kalian sering mengalami hambatan, mudah terserang penyakit akar bengkak atau “Club root” yang disebabkan oleh cendawan Plasmodiophora brassicae Wor. Sebaliknya pada tanah yang basa atau alkalis (pH lebih besar dari 6,5) tanaman terserang penyakit kaki hitam (blackleg) akibat cendawan Phoma lingam          (Sarief, 1989).
Kailan menghendaki keadaan tanah yang gembur dengan pH 5,5 – 6,5. Tanaman kailan dapat tumbuh dan beradaptasi di semua jenis tanah, baik tanah yang bertekstur ringan sampai berat. Jenis tanah yang paling baik untuk tanaman kailan adalah lempung berpasir (Soemadi, 1996).
Pupuk Urea
            Pupuk urea adalah pupuk buatan senyawa kimia organik dari CO(NH2)2, pupuk padat berbentuk butiran bulat kecil (diameter  lebih kurang 1 mm). Pupuk ini mempunyai kadar N 45%-46%. Urea larut sempurna di dalam air, dan tidak mengasamkan tanah (Cooke, 1982).
Urea termasuk pupuk yang higroskopis (mudah menarik uap air). Pada kelembaban 73% ia sudah menarik uap air dari udara. Oleh karenaitu ia mudah larut dalam air dan mudah diserap oleh tanaman. Keuntungan dari urea ini adalah kadar hara N-nya tinggi. Tapi banyak juga kejelekannya. Kalau ia diberikan ke tanah misalnya, maka ia mudah berubah menjadi amoniak dan karbondioksida (Damanik, dkk., 2010).
Kehilangan N akan meningkat dengan makin berkurangnya air tanah. Hal yang demikian tidak akan terjadi pada urea atau pupuk N-amonium lainnya bila diberikan pada lapisan reduksi. Pada lapisan reduksi NH4 lebih stabil              (Adams, 1971).
Sifat urea lain yang tidak menguntungkan ialah sangat higrokopis dan mulai menarik air dari udara pada kelembaban nisbi 73%. Urea tidak bersifat menginosir dalam larutan sehingga mudah mengalami pencucian, karena tidak cepat terjerap oleh koloid tanah. Untuk dapat diserap oleh akar tanama urea harus mengalami proses ammonifikasi dan nitrifikasi lebih dahulu, maka jika dibandingkan dengan pupuk ZA, bekerjanya pupuk urea lambat (Vlamis, 1953).
Cepat dan lambatnya perubahan bentuk amide dari urea kebentuk senyawa N yang dapat diserap oleh tanaman sangat bergantung pada beberapa faktor ialah keadaan populasi, aktivitas mikroorganisme, kadar air dari tanah, temperature tanah dan banyaknya pupuk urea yang diberikan (Barber, 1984).
            Gejala kekurangan unsur hara ini dapat terlihat dimulai dari daunnya warnanya yang hijau agak kekuning – kuningan selanjutnya berubah menjadi kuning lengkap. Jaringan daun mati dan inilah yang menyebabkan daun selanjutnya menjadi kering dan berwarna merah kecoklatan. Pada tanaman dewasa pertumbuhan terhambat akan berpengaruh terhadap pembuahan yang dalam hal ini perkembangan buah tidak sempurna umumnya kecil – kecil dan cepat matang (Sutedjo, 2002).
           


Pupuk TSP
            Pupuk TSP ini mudah larut dalam air dan agak sedikit higroskopis. Pupuk ini cocok dicampuk dengan ZA, karena amoniaknya akan terikat. Cuma kalau di campur sering mengeras sehingga perlu dihaluskan dulu sebelum dipakai. Sewaktu membrikan puppuk ini harus dibenamkan agar mencapai perakaran tanaman. Kalau tidak, akan dihanyutkan oleh air (Buckman and Brady, 1969).
Pupuk TSP dikenal pula dengan sebutan Enkel-super-fosfat, disingkat ES. Bentukny berupa bubuk berwarna abu-abu dan mengandung zat fosfat (P) 14-20%. Pupuk ini dibuat dari fosfat alam dan asam belerang (Sanchez, 1976).
Rumus kimia jenis pupuk ini adalah Ca(H2PO4). Sifat umum pupuk Tripel superfosfat (TSP) sama dengan pupk DS. Kadar P2O5 pupuk ini sekitar 44%-46% walaupun secara teoritis dappat mencapai 56%. Pembuatan pupuk TSP menggunakan sistem wet process. Dalam proses in, batuan alam (rock posfat) flour apatit diasamkan dengan asam fosfat hasil proses sebelumnya                   (Barber, 1984).
            Superfosfat triple (TSP) dibuat melalaui pengasaman batuan fosfat dengan H3PO4 dengan peralatan dan proses yang sama dengan pupuk superfoosfat biasa. Pupuk ini mempunyai rumus kimia yang sama dengan pupuk superfosfat rangkap Ca(H2PO4)2, pupuk padat yang berbentuk butiran kasar, berwarna abu-abu dan termasuk pupuk yang mudah larut di dalam air (Damanik, dkk., 2010).
            Sekarang pupuk TSP ini tidak lagi diproduksi di Indonesia dan sebagai gantinya di produksi pupuk superfosfat lain yang kadar P2O5 nya lebih rendah yakni 36% dan di kenal dengan nama SP 6 atau pupuk superfosfat 36. Sifat fisik dan kimiawi dari SP 36 tidak jauh berbeda dengan pupuk                                        TSP (Hadjar, 1996).
Defisiensi unsur P akan menimbulkan hambatan pada pertumbuhan sistem perakaran, daun, batang seperti misalnya pada tanaman serelia, daun – daunnya berwarna hijau tua atau keabu – abuan, mengkilap sering pula terdapat pigmen merah pada daun bagian bawah selanjutnya mati. Tangkai daunnya kelihatan lancip –lancip. Pembentukan buah jelek merugikan hasil biji (Harianto, 1983).













BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu Percobaan
            Percobaan ini dilakukan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanan Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 m dpl. Percobaan ini dilakukan pada bulan September sampai bulan November 2010.
Bahan dan Alat Percobaan
            Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah benih kailan sebagai objek percobaan, pupuk Urea 46 % N dan pupuk TSP 46 % P2O5 sebagai pupuk dalam percobaan, kompos sebagai media tanam, pacak dan plot sebagai penanda tanaman, tali plastik sebagai pembatas lahan, dan air sebagai media penyiraman.
            Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah cangkul untuk mencampurkan media tanam, meteran untuk mengukur tinggi tanaman, gembor untuk menyiram tanaman,  buku data yang digunakan sebagai tempat penulisan data.
Metode Percobaan
            Metode percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu
Faktor 1           : Pupuk urea (N) dengan 4 taraf
            N0        : 0 gr
            N1       : 200 gr
            N2       :  400 gr
            N3        : 600 gr
Faktor 2           : Pupuk tripel superfosat (TSP)  dengan 4 taraf
            P0         : 0 gr
                P1         : 200 gr
                P2         : 400 gr
            P3        : 600 gr
Maka akan didapat 16 kombinasi perlakuan, yaitu:
N0P0                  N1P0                      N2P0                  N3P0     
N0P1                N1P1                      N2P1                  N3P1
N0P2                      N1P2                      N2P2                      N3P2
N0P3                      N1P3                      N2P3                      N3P3
               Data hasil praktikum dianalisis sidik ragam berdasarkan model linear sebagai berikut  :
               Yijk = µ + ρi + αj + βk + (α β )jk + Ζijk
Dimana :
 Yijk           : Hasil Pengamatan  dari blok ke-I dengan perlakuan pemberian urea dan TSP taraf ke-k,
 µ            : Nilai tengah sebenarnya
 ρi           : Efek Blok ke-i
 αj               : Efek Perlakuan pemberian urea taraf ke-j
 βk           : Efek perlakuan pemberian TSP taraf ke-k
 (α β )jk    : Efek interaksi  perlakuan pemberian TSP taraf ke-j dan perlakuan pemberian urea taraf ke-k
 Ζijk            : Efek galat yang mendapat perlakuan pemberian TSP  taraf ke-I dan perlakuan dosis  taraf ke-j dan interaksi perlakuan pemberian urea taraf ke-k.
















PELAKSANAAN PERCOBAAN
Persiapan Lahan
            Diukur lahan seluas 2m x 2m dan dibuat parit. Digemburkan tanah dan dibersihkan lahan dari gulma dengan menggunakan cangkul. Lalu dicampurkan ke dalam tanah.
Persemaian
            Persemaian dilakukan 3 minggu sebelum dilakukan penanaman dengan cara menyebar benih. Naungan dibuat dalam persemaian untuk mengurangi intensitas cahaya matahari dan curah hujan yang masuk langsung ke persemaian.
Aplikasi Pupuk Dasar
            Pupuk yang digunakan dalam percobaan ini adalah pupuk urea dan pupuk TSP. Pupuk ini diberikan dengan cara di tugal di sekitar akar tanaman sawi.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
            Penyiraman dilakukan setiap hari selanjutnya dikurangi tergantung keadaan cuaca.
Penyiangan
            Penyiangan dilakukan dengan tangan pada saat gulma tumbuh.
Penyulaman
            Penyulaman dilakukan dengan cara menyisip bagian tanaman yang tidak tumbuh.
Pengendalian Hama dan Penyakit
            Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan pestisida dengan cara disemprot pada bagian tanaman yang terserang hama dan penyakit.
Panen
            Pemanenan dilakukan pada saat tanaman telah mengalami pembungaan.













HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
1. Tinggi Tanaman (cm)
Data rataan tinggi tanaman dapat dilihat pada lampiran pengamatan 2 MST, 3 MST dan 4 MST.
            Dari pengamatan data rataan tinggi tanaman, diperoleh bahwa perlakuan pemberian pupuk urea dan TSP belum berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2 MST  dan berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman 3 serta 4 MST.
            Data pengaruh pemberian pupuk urea dan TSP terhadap tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.










Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman 2 MST










                 

            Dari data pengaruh pemberian pupuk urea dan  TSP terhadap tinggi tanaman  diperoleh bahwa  rata-rata tinggi tanaman tertinggi  pada 2 MST yaitu pada perlakuan N0P2 sebesar 18,91 cm dan terendah pada perlakuan N3P2 sebesar 5,86 cm.
          Dari data tabel 1 diperoleh  grafik  seperti terlihat dibawah ini.
Grafik 1. Grafik Tinggi Tanaman (cm) 2 MST terhadap Nitrogen.







Dari grafik 1 diperoleh bahwa rataan tinggi tanaman terhadap nitrogen yang tertinggi adalah pada perlakuan N0 sebesar 40,00 cm sedangkan yang terendah adalah N3 sebesar 30,00 cm.
Grafik 2. Rataan Tinggi Tanaman (cm) pada  2 MST Terhadap Nitrogen dan Phospor.





Dari grafik 2 diperoleh bahwa rataan tinggi tanaman terhadap nitrogen dan phospor yang tertinggi adalah pada perlakuan N0P2 sebesar 18,91 cm sedangkan yang terendah adalah N3P2 sebesar 5,86 cm.
Tabel 2. Rataan Tinggi Tanaman 3 MST





                  Dari data pengaruh pemberian pupuk urea dan  TSP terhadap tinggi tanaman  diperoleh bahwa rataan tinggi tanaman tertinggi  pada 3 MST yaitu pada perlakuan N0P2 sebesar 18,91 cm dan terendah pada perlakuan N0P3 sebesar 11,99 cm. 
Grafik 3. Rataan Tinggi Tanaman (cm) pada  3 MST Terhadap Nitrogen dan Phospor.





  Dari grafik pengaruh pemberian pupuk urea dan  TSP terhadap tinggi tanaman  diperoleh bahwa rataan tinggi tanaman tertinggi  pada 3 MST yaitu pada perlakuan N0P2 sebesar 18,91 cm dan terendah pada perlakuan N0P3 sebesar 11,99 cm.
Tabel 3. Rataan Tinggi Tanaman 4 MST




Dari data pengaruh pemberian pupuk urea dan  TSP terhadap tinggi tanaman  diperoleh bahwa  rata-rata tinggi tanaman tertinggi  pada 4 MST yaitu pada perlakuan N1P3 sebesar 24,83 cm dan terendah pada perlakuan N2P0 sebesar 13,06 cm.
Grafik 4. Rataan Tinggi Tanaman (cm) pada  4 MST Terhadap Nitrogen







Dari grafik 4 diperoleh bahwa rataan tinggi tanaman terhadap nitrogen yang tertinggi adalah pada perlakuan N1 sebesar 110 cm sedangkan yang terendah adalah N2 sebesar 90 cm.


Grafik 5. Rataan Tinggi Tanaman (cm) pada  4 MST Terhadap Nitrogen dan Phospor.







Dari grafik 5 dapat dilihat bahwa rata-rata tinggi tanaman tertinggi  pada 4 MST yaitu pada perlakuan N1P3 sebesar 24,83 cm dan terendah pada perlakuan N2P0 sebesar 13,06 cm.
2. Jumlah Daun (helai)
Data rataan jumlah daun dapat dilihat pada lampiran pengamatan 2 MST, 3 MST dan 4 MST.
                Dari pengamatan data rataan jumlah daun, diperoleh bahwa perlakuan pemberian pupuk urea dan TSP  belum berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 2 MST, 3 MST dan 4 MST.
            Data pengaruh pemberian pupuk urea dan supertop terhadap tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 4. Rataan Jumlah Daun 2 MST.


                  Dari data pengaruh pemberian pupuk urea dan  TSP terhadap jumlah daun  diperoleh bahwa  rata-rata tinggi tanaman tertinggi  pada 2 MST yaitu pada perlakuan N0P3 sebesar 5,60 dan terendah pada perlakuan N3P2 sebesar 3,03.
Tabel 5. Rataan Jumlah Daun 3 MST.








            Dari data pengaruh pemberian pupuk urea dan  TSP terhadap jumlah daun  diperoleh bahwa  rata-rata tinggi tanaman tertinggi  pada 3 MST yaitu pada perlakuan N0P0 sebesar 6,60 dan terendah pada perlakuan  N0P2 sebesar 5,13. 









Tabel 6. Rataan Jumlah Daun 4 MST.







Dari data pengaruh pemberian pupuk urea dan  TSP terhadap jumlah daun  diperoleh bahwa  rata-rata tinggi tanaman tertinggi  pada 4 MST yaitu pada perlakuan N2P2 sebesar 9,17 dan terendah pada perlakuan N3P3  sebesar 5,93.
3. Bobot Biomassa Per Tanaman Sampel (g)
Data bobot biomassa per sampel  dapat dilihat pada lampiran pengamatan  produksi per sampel.
Dari pengamatan data bobot biomassa per sampel diperoleh bahwa perlakuan pemberian pupuk urea dan TSP berpengaruh nyata terhadap produksi persampel.
            Data pengaruh pemberian pupuk urea dan supertop terhadap bobot biomassa per sampel dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.
                 





Tabel 7. Pengaruh pemberian pupuk Urea dan TSP terhadap bobot biomassa per sampel.
Dari data produksi persampel diperoleh bahwa rata-rata bobot biomassa per sampel tertinggi yaitu pada perlakuan N0P2 sebesar 85.67 g dan terendah pada perlakuan N0P3  yaitu sebesar 33,20 g.
Grafik 7. Rataan Bobot Biomassa (gr) Terhadap Phospor.




Dari data produksi persampel terhadap phospor diperoleh bahwa rata-rata bobot biomassa per sampel tertinggi yaitu pada perlakuan P1 sebesar 85.67 g dan terendah pada perlakuan P3  yaitu sebesar 33,20 g.
Grafik 8. Rataan Bobot Biomassa (gr) Terhadap  Nitrogen dan Phospor.






Dari grafik 8 diperoleh bahwa rata-rata bobot biomassa per sampel tertinggi yaitu pada perlakuan N0P2 sebesar 85.67 g dan terendah pada perlakuan N0P3  yaitu sebesar 33,20 g.


4. Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel (g)
Data Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel dapat dilihat pada lampiran pengamatan  produksi per sampel.
Dari pengamatan data Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel diperoleh bahwa perlakuan pemberian pupuk urea dan TSP berpengaruh nyata terhadap produksi persampel.
            Data pengaruh pemberian pupuk urea dan TSP terhadap bobot TSP dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 8. Rataan Bobot Segar Jual (gr)



Dari data Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel bahwa Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel tertinggi yaitu pada perlakuan N0P2 sebesar 70.67 g dan terendah pada perlakuan N1P3 yaitu sebesar 23,93 g.
Grafik 8. Rataan Bobot Segar Jual (gr) Phospor.




Dari grafik 8 diperoleh bahwa Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel tertinggi yaitu pada perlakuan P2 sebesar 70.67 g dan terendah pada perlakuan P3 yaitu sebesar 23,93 g.
Grafik 9. Rataan Bobot Segar Jual (gr) Terhadap Nitrogen dan Phospor.



Dari grafik 9 diperoleh bahwa Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel tertinggi yaitu pada perlakuan N0P2 sebesar 70.67 g dan terendah pada perlakuan N1P3 yaitu sebesar 23,93 g.
5. Indeks Panen
Data indeks panen dapat dilihat pada lampiran pengamatan  indeks panen.
Dari pengamatan data indeks panen diperoleh bahwa perlakuan pemberian pupuk urea dan TSP berpengaruh nyata terhadap indeks panen.
            Data pengaruh pemberian pupuk urea dan TSP terhadap indeks panen dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 9. Rataan Pengaruh pemberian pupuk Urea dan TSP terhadap indeks panen

                                   



                  Dari data indeks panen bahwa indeks panen tertinggi yaitu pada perlakuan N0P3 sebesar 0,93 dan terendah pada perlakuan N1P0 yaitu sebesar 0,59.
Grafik 10. Rataan indeks panen (gr) Phospor.




            Dari grafik 10 diperoleh bahwa panen tertinggi yaitu pada perlakuan P3 sebesar 0,93 dan terendah pada perlakuan P0 yaitu sebesar 0,59.
Grafik11. Rataan indeks panen (gr) Terhadap Nitrogen dan Phospor.





                                Dari grafik 11 diperoleh bahwa indeks panen tertinggi yaitu pada perlakuan N0P3 sebesar 0,93 dan terendah pada perlakuan N1P0 yaitu sebesar 0,59.


Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh bahwa pemberian pupuk urea berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun 2, 3 dan 4 MST serta berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2 MST,  sangat nyata terhadap tinggi tanaman 3 dan 4 MST dan nyata terhadap produksi per sampel. Rata-rata tinggi tanaman tertinggi  pada 4 MST yaitu pada perlakuan N1P3 sebesar 24,83 cm dan terendah pada perlakuan N2P0 sebesar 13,06 cm. Hal ini  pupuk kandang yang digunakan sudah mengandung beberapa unsur seperti nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan magnesium yang baik untuk pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat bertumbuh dengan baik. Hal ini sesuai dengan literatur Agustina (1990) yang menyatakan bahwa kandungan utama dengan kadar tertinggi kompos adalah bahan organik yang mujarab dan terkenal manjur untuk memperbaiki kondisi tanah. Unsur lain dalam kompos yang variasinya cukup banyak adalah nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan magnesium.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh bahwa pemberian pupuk urea dan TSP berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun 2, 3 dan 4 MST serta tinggi tanaman 2 MST, 3 MST dan 4 MST. Dapat dilihat data rataan jumlah daun  tertinggi  pada 4 MST yaitu pada perlakuan N2P2 sebesar 9,17 dan terendah pada perlakuan N3P3  sebesar 5,93. Hal ini mungkin dikarenakan dosis pupuk yang digunakan belum tepat, pemberiannya tidak merata dan adanya faktor yang mendukung pertumbuhan seperti curah hujan dan sinar matahari. Hal ini sesuai dengan pendapat Soemadi (1996) yang mengemukakan bahwa pemupukan dilakukan untuk mencukupi atau menambah zat-zat makanan yang berguna bagi tanaman, dalam pemberian pupuk harus diperhatikan dahulu dosis penggunaannya sebab bila dosis yang diberikan salah maka daun akan terbakar, pemberiannya harus merata dan kepekatannya harus diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh bahwa pemberian pupuk urea dan TSP Dari pengamatan data bobot biomassa per sampel diperoleh bahwa perlakuan pemberian pupuk urea dan TSP berpengaruh nyata terhadap produksi persampel. Dari data produksi persampel diperoleh bahwa rata-rata bobot biomassa per sampel tertinggi yaitu pada perlakuan N0P2 sebesar 85.67 g dan terendah pada perlakuan N0P3  yaitu sebesar 33,20 g. Hal ini mungkin disebabkan karena pemberian pupuk fosfor dan pupuk Nitrogen yang  baik untuk bisa merangsang pertumbuh akar sehingga dapat menghasilkan bobot biomassa yang tinggi. Hal ini sesuai dengan literatur Sarief (1989) yang menyatakan bahwa pupuk majemuk dengan analisis 15.5.29 atau 24.6.12 memiliki kandungan nitrogen cukup untuk kebutuhan tanaman dan kandungan fosfornya cukup untuk merangsang pertumbuhan akar yang baik, tetapi tidak cukup untuk meningkatkan kandungan P  di dalam tanah.
Dari pengamatan data Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel diperoleh bahwa perlakuan pemberian pupuk urea dan TSP berpengaruh nyata terhadap produksi persampel. Dari data Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel bahwa Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel tertinggi yaitu pada perlakuan N0P2 sebesar 70.67 g dan terendah pada perlakuan N1P3 yaitu sebesar 23,93 g.  Hal ini mungkin disebabkan karena pemberian pupuk fosfor dan pupuk Nitrogen yang  baik untuk bisa merangsang pertumbuh akar sehingga dapat menghasilkan bobot biomassa yang tinggi. Hal ini sesuai dengan literatur Damanik, dkk (2010) yang menyatakan bahwa pupuk majemuk dengan analisis 15.5.29 atau 24.6.12 memiliki kandungan nitrogen cukup untuk kebutuhan tanaman dan kandungan fosfornya cukup untuk merangsang pertumbuhan akar yang baik, tetapi tidak cukup untuk meningkatkan kandungan P  di dalam tanah.
            Dari pengamatan data indeks panen diperoleh bahwa perlakuan pemberian pupuk urea dan TSP berpengaruh nyata terhadap indeks panen. Dari data indeks panen bahwa indeks panen tertinggi yaitu pada perlakuan N0P3 sebesar 0,93 dan terendah pada perlakuan N1P0 yaitu sebesar 0,59. Dari hal ini dapat dilihat bahwa indeks panennya tidak seimbang. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pemberian pupuk yang mengandung Kalium kurang banyak, sehingga tanaman tidak terlihat segar. Hal ini sesuai dengan pernytaan Hadjar (1996) yang menyatakan bahwa kandungan kalium yang tinggi membuat tanaman menjadi lebih segar, lebih tahan terhadap penyakit dan tahan terhadap kekeringan.









KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.           Dari pengamatan data rataan tinggi tanaman, diperoleh bahwa perlakuan pemberian pupuk urea dan TSP belum berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2 MST  dan berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman 3 serta 4 MST dengan rataan tinggi tanaman tertinggi  pada 4 MST yaitu pada perlakuan N1P3 sebesar 24,83 cm dan terendah pada perlakuan N2P0 sebesar 13,06 cm.
2.           Dari pengamatan data rataan jumlah daun, diperoleh bahwa perlakuan pemberian pupuk urea dan TSP  belum berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 2 MST, 3 MST dan 4 MST dengan rata-rata jumlah daun  tertinggi  pada 4 MST yaitu pada perlakuan N2P2 sebesar 9,17 dan terendah pada perlakuan N3P3  sebesar 5,93.
3.           Dari pengamatan data bobot biomassa per sampel diperoleh bahwa perlakuan pemberian pupuk urea dan TSP berpengaruh nyata terhadap produksi persampel dengan rata-rata bobot biomassa per sampel tertinggi yaitu pada perlakuan N0P2 sebesar 85.67 g dan terendah pada perlakuan N0P3  yaitu sebesar 33,20 g.
4.           Dari pengamatan data Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel diperoleh bahwa perlakuan pemberian pupuk urea dan TSP berpengaruh nyata terhadap produksi persampel dengan Bobot Segar Jual Per Tanaman Sampel tertinggi yaitu pada perlakuan N0P2 sebesar 70.67 g dan terendah pada perlakuan N1P3 yaitu sebesar 23,93 g.
5.           Dari pengamatan data indeks panen diperoleh bahwa perlakuan pemberian pupuk urea dan TSP berpengaruh nyata terhadap indeks panen dengan indeks panen tertinggi yaitu pada perlakuan N0P3 sebesar 0,93 dan terendah pada perlakuan N1P0 yaitu sebesar 0,59.
Saran
Sebaiknya dalam melakukan percobaan harus diberikan dosis penggunaan pupuk yang tepat  dan  dan kombinasi perlakuan yang tepat









DAFTAR PUSTAKA
Adams, F. 1971, Ionic Concentration and Activities in Soil Solutions, Soil Science Soociety of America.
Agustina, 1990. Dasar Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta.
Barber, S. 1984. Soil Nutrienth Bio Availability. Publihed Stimultaneously in Canada.
Buckman and Brady. 1969. The Nature and Properties of Soil The MacMillan Comp, New York.
Cooke, G. 1982. Fertilizing for Maximum Yield. Granada Publishing Ltd, London.
Damanik, Hasibuan, Fauzi, Sarifuddin, dan H. Hanum. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press, Medan.
Hadjar. D. 1996. Pupuk Organik Cair. Trubus.
Harianto. 1983. Soil Fertility and Fertilizers. IPB Press, Bandung.
Prabawa, W. 2007. Pertanian Tips Menanam Sayur. Karya Mandiri Pratama, Jakarta.
Rubatzky, VE., dan Yamaguchi, M. 1997. Sayuran dunia 2. Penerbit ITB Bandung.
Soemadi, 1996. Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor.
Sarief. S, 1989. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana.
Bandung.
Setyati, S.H. 1989. Dasar-dasar Agronomi. Simplex. Jakarta.
Sanchez, P. 1976. Properties and Management of Soils in The Topics. John Willey and Sons, New York.
Steenis. 1975. Flora. Pradyparamitha, Yogyakarta.
Vlamis, J. 1953. Acid Soil in Fertility as Related to Soil Solution and Soil Phase Effect. Soil.
www.fas.org/sgp/crs/natsec/RS22122.pdf. 2010. Bercocok Tanam Kailan di Lahan Marjinal. Diakses pada tanggal 17 oktober 2010.
www.organikpro.com/files/Sawi-Panduan_Menanam.pdf. 2010. Panduan Menanam Kailan. Diakses pada tanggal 17 oktober 2010.
www.pustaka-deptan.go.id/agritek/lip50073.pdf, 2010. Tanaman Kailan. Diakses pada tanggal 17 oktober 2010.
Widiastuti, S. 2007. Bertanam Tanpa Tanah. Musi Perkasa Utama, Jakarta.

Komentar

Postingan Populer