laporan perkebunan karet

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karet alam merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting untuk Indonesia dan lingkup Internasional. Di Indonesia, karet merupakan salah satu hasil pertanian yang banyak menunjang perekonomian negara. Hasil devisa yang diperolah dari karet dunia dengan mengungguli hasil dari negara-negara lain dan negara asal tanaman karet itu sendiri, yaitu Amerika Serikat (Sianturi, 2001).
Ferus pada tahun 1872 mengirimkan 2.000 biji dari Brazilia ke Kebun Raya Kew di Inggris, kemudian tahun 1877 pengiriman 2.000 biji karet tersebut mengalami kegagalan. Selanjutnya William pada tahun 1876 kembali dari Brazilia membawa 70.000 biji karet ke Inggris sebanyak 2.397 kecambah ditambah 1.900 biji karet dikirimkan ke Sri Langka, beberapa biji ke Malaysia dan 2 biji ke Kebun Raya Bogor (Indonesia) (Ashari, 1995).
Bahan tanaman yang digunakan pada pengusahaan tanaman karet ada beberapa jenis, yaitu stump mata tidur bibit dalam polybag, stump mini dan stump tinggi. Dari segi kepraktisan, stump mata tidur lebih mudah ditanami sehingga biaya lebih murah. Dilemanya hanya tingkat kematian di lapang cukup tinggi sehingga diperlukan dalam jumlah banyak (Tim Penulis PS, 2008).
Bibit stump adalah bibit yang dikeringkan dalam bentuk batang dan akar. Bibit stump diperolah dari pemangkasan daun, pucuk dan sebagian dari akar serta pembungaan tanah dari awal bibit pohon. Kelebihan dari stump ini adalah pengairan yang mudah, harga yang murah, serta tidak mengurangi daya tumbuh dan kualitas (Wudianto, 2004).
Pemupukan merupakan faktor yang pentingdalam pertumbuhan tanaman. Dalam reaksi biokimia tanaman, pupuk fosfat mempunyai peranan penting sebagai penyimpan dan pemindahan energi kerja osmotis, reaksi fotosintesis dan glikolisis serta pada akhirnya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan juga produksi tanaman (http://ginaukim.com., 2010).
Tujuan Percobaan
            Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh media tanam dan pemberian pupuk P terhadap pertumbuhan stump mata tidur karet (Hevea brassilliensis Muell. Arg.).

Hipotesis Percobaan
-                Ada peningkatan pertumbuhan stump mata tidur karet                             (Hevea brassiliensis Muel. Arg) terhadap media tanam.
-                Ada peningkatan pertumbuhan stump mata tidur                                             karet  (Hevea brassiliensis Muel. Arg) terhadap pemberian pupuk P.
-                Ada interaksi antara pengaruh media tanam terhadap pemberian pupuk P terhadap pertumbuhan Stump Mata Tidur                                                       Karet  (Hevea brassiliensis Muel. Arg).




Kegunaan Percobaan
-                Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Teknologi Budidaya Tanaman Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara, Medan.
-                Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.








TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
            Menurut Steenis (1975), kedudukan tanaman karet dalam sistematika adalah :
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Class                : Dicotyledoneae
Ordo                : Euphorbiales
Famili              : Euphorbiaceae
Genus              : Hevea
Spesies            : Hevea brassiliensis Muell. Arg.
            Sistem perakarannya kompak. Akar karet termasuk akar tunggang yang dapat menghujam tanah hingga kedalaman 1-2 m. Akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 m (Andoko dan Setiawan, 1997).
            Batangnya bulat atau silindris, kulit kayunya halus, rata berwarna pucat hingga kecoklatan, sedikit bergabus. Apabila dipotong akan mengeluarkan getah sebagai hasil perkebunan karet. Beberapa kebun karet, ada kecondongan arah tumbuh tanaman agak miring kearah utara. Batang tanaman ini menandung getah yang biasa disebut lateks (http://www.icraf.org., 2008).
            Tangkai daun utama 3-20 cm. Daun berbentuk elips memanjang dengan ujung runcing atau lancip. Tepinya rata. Pada tiap tangkai tumbuh 3 helai daun. Daunnya tersusun melingkar batang (spiral), berambut. Bunganya bergerombol muncul dari ketiak daun (aksilar), individu bunga bertangkai pendek, bunga betina tumbuh di ujung  (Sadjad, 1993).
            Bunga tanaman karet tumbuh bergerombol dari ketiak daun. Bunga betina terletak di ujung proporsi bunga jantan lebih banyak dari bunga betina. Bunga jantan mekar selama 1 hari lalu langsung luruh, sedangkan bunga betina mekar selama 3-4 hari (Sianturi, 2001).
            Biji karet berwana coklat. Berbentuk bulat sampai lonjong. Warna putih pada biji karet mengandung banyak air (Hartman, dkk., 1981).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Luasan tanaman karet 150 LU-100 LS. Ketinggian tempat yang sesuai untuk tanaman karet adalah 100-600 mdpl. Curah hujan yang diinginkan berkisar antara 2.000-2.500 mm/thn (Syamsulbahri, 1996).
Tanaman karet tmbuh optimal di dataran rendah, yakni pada ketinggian sampai 200 m dpl. Makin tinggi tempat, perumbuhannya semakin lambat dan hasilnya lebih rendah. Ketinggian lebih dari 600 m dari permukaan laut tidak cocok lagi untuk tanaman karet. Jika dalam waktu yang lama suhu rata-rata kurang dari 200c, maka tempat tersebut tidak cocok untuk budidaya karet, demikian sebaliknya (Setyamidjaja, 1993).
Pertumbuhan tanaman karet optimal adalah pada suhu antar 15-300C. Di pulau Jawa, (>200m dpl), sedangkan di Sumatera umumnya di dataran rendah (Tim Penulis PS, 2008).
            Tanaman karet tidak tahan terhadap hembusan angin yang terlalu kencang. Hembusan angin yang terlalu kencang dapat membuat pohon karet roboh. Makin tinggi tempat, perumbuhannya semakin lambat dan hasilnya lebih rendah. Ketinggian lebih dari 600 m dari permukaan laut tidak cocok lagi untuk tanaman karet (Sadjad, 1993).

Tanah
            Tanaman karet bukanlah tanaman manja, dapat tumbuh pada tanah yang mempunyai sifat fisik baik atau sifat fisiknya dapat diperbaiki. Tanah yang dikehendaki adalah bersolum dalam, permukaan air tanah rendah yaitu 1 m (Musa, 2006).
            Jika lahan untuk budidaya karet tidak berkontur rata, tetapi memiliki kemiringan lebih dari 100 sebaiknya dibuat teras dengan lebar minimum 3 m. Teras ini dibuat untuk mencegah terjadinya erosi (Sutanto, 2005).
            Jenis tanah tanaman karet mulai dari vulkanis muda, tua dan aluvial sampai tanah gambut dengan drainase dan aerase yang baik, tidak tergenang air. pH tanah yang bervariasi dari 3,0-8,0 (Sianturi, 2001).
            Tanaman karet rekasi tanah yang umunya di tanam yang mempunyai pH antara 3-8. pH tanah di bawak 3 atau diatas 3 dapat menyebabkan tanaman akan terhambat ( Sianturi, 2001).
Media Tanam
            Tanah untuk media tanam ini harius subur dan humus yang bisa diambil dari tanah permukaan (top soil) dengan kedalaman maksimum 15 cm. tanah tidak perlu dicampur dengan pupuk kandang, pair atau bahan lainnya. Setelah itu, kecambah karet ditanam dengan cara yang sama dengan menanam kecambah karet di persemaian lahan (Sutanto, 2005).
            Media tanam karet dapat dikombinasikan dari top soil, humus dan pukan. Humus merupakan ikatan atau gabungan senyawa organik yang tidak mudah terurai (resisten berwarna coklat sampai hitam), berkemampuan mengikat atau menahan air, memegang atau menyimpan unsur hara                                  (Andoko dan Setiawan, 1997).
            Kompos merupakan kotoran ternak yang dicampurkan dengan media tanam yang lain. Secara kimia, kompos dapat meningkatkan kapasitas tukar kation, ketersediaan unsur hara dan ketersediaan asam humat. Asam humat akan membantu meningkatkan proses pelapukan bahan mineral secara biologi. Kompos merupakan sumber makanan (energi) bagi mikroorganisme tanah                    (Simamora dan Saludik, 2006).
Pupuk P
Fosfor merupakan senyawa penyusun jaringan tanaman seperti asam nukleat , fosfolipida dan fitin. P diperlukan untuk pembentukan primordia bunga dan organ tanaman untuk reproduksi. Peranan P yang lain adalah memepercepat masaknya buah biji tanaman, terutama pada tanaman serealia (Musa, 2006).
            Fosfor ditemukan relatif dalam jumlah lebih banyak dalam buah dan biji tanaman. P anorganik diperlukan dalam sel-sel daun waktu penyusunan karbohidrat. Bila kandungan P berlebihan, umur tanaman seakan-akan menjadi lebih pendek dibandingkan dengan tanaman yang normal (Sutanto, 2005).
            Pertambahan fosfor ke dalam tanah hanya bersumber dari defosit atau peapukan batuan dan mineral yang mengandung fosfat, tidak seperti nitrogen yang pertambahannya dapat melalui pengikatan bio-kimia. Oleh karena itu kandungan fosfor di dalam tanah hanya bersumber dan ditentukan oleh banyak sedikitnya cadangan mineral fosfor dan tingkat pelapukannya                                           (Simamora dan Salundik, 2006).
            Kekurangan unsur P umumnya menyebabkan volume jaringan tanaman menjadi lebih kecil dan warna daun menjadi lebih gelap. Pada tanaman jagung, di samping menjadi kurang baik pertumbuhannya, warna daun juga menjadi purple (keunguan) dan kecoklatan serta pembentukan antosianin terhambat. Kadar P pada daun indikator mulai menampakkan gejala defisiensi untuk tanaman (Sianturi, 2001).










BAHAN DAN METODE PERCOBAAN
Tempat dan Waktu Percobaan
            Percobaan ini dilakukan di  lahan Laboratorium Teknologi Budidaya Tanaman Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara, Medan pada ketinggian 25 m dpl. Percobaan ini dilakukan pada bulan September sampai bulan November 2010.

Bahan dan Alat
            Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah stump mata tidur sebanyak 72 buah sebagai komoditi percobaan, polybag ukuran 10 kg sebanyak 72 buah sebagai media tanam, pasir, top soil, dan sludge sebagai media tanam, pupuk P sebagai nutrisi dan air sebagai bahan untuk melembabkan.
            Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah cangkul untuk mengambil dan mencampurkan tanah, gembor untuk menyiram stump mata tidur, alat tulis untuk mencatat data, jangka sorong untuk mengukur diameter batang, buku data untuk menulis data dan meteran untuk mengukur tinggi tanaman.

Metode Percobaan
            Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu :
Faktor I : media tanam (M) dengan 2 taraf
            Mo : top soil
            M1 : sub soil + pasir + sludge (2:1:1)
Faktor II : konsentrasi ZPT Rootone-F (R) dengan 3 taraf
            P0 : 0 gr/tanaman
            P1 : 15 gr/tanaman
            P2 : 30 gr/tanaman
            P3 : 45 gr/tanaman
Maka di dapat 8 kombinasi perlakuan, yaitu :
            M0P0                     M1P0
                M0P1                     M1P1
                M0P2                     M1P2
                M0P3                     M1P3
Jumlah ulangan                       : 3
Jumlah stump                          : 3
Jumlah stump seluruhnya        : 54
Data hasil praktikum dianalisis sidik ragam berdasarkan model linear sebagai berikut  :
               Yijk = µ + ρi + αj + βk + (α β )jk + Ζijk
Dimana :
 Yijk        : Hasil Pengamatan  dari blok ke-I dengan perlakuan pemberian pupuk P taraf ke-k,
 µ            : Nilai tengah sebenarnya
 ρi           : Efek Blok ke-i
 αj               : Efek Perlakuan Media Tanam taraf ke-j
 βk           : Efek perlakuan pemberian pupuk P taraf ke-k
 (α β )jk    : Efek interaksi perlakuan media perlakuan media tanam taraf ke-j dan perlakuan pemberian pupuk P taraf ke-k
 Ζijk         : Efek galat yang mendapat perlakuan media tanam taraf ke-I dan perlakuan pemberian pupuk P taraf ke-j dan interaksi perlakuan media tanam dan pemberian pupuk P taraf ke-k.








PELAKSANAAN PERCOBAAN
Persiapan Lahan
            Lahan yang akan digunakan dibersihkan dari gulma dengan dicangkul dengan menggunakan cangkul sampai lahan bersih atau bebas gulma.

Persiapan Media Tanam
            Media tanam yang digunakan adalah media sub soil + pasir + sludge (M1) dengan perbandingan 2:1:1, dengan top soil saja (M0), kemudian dimasukkan ke dalam polybag ukuran 10 kg.

Aplikasi Pupuk P
            Aplikasi pupuk P dilakukan sebayak dua kali. Aplikasi pertama dilakukan pada saat penanaman dan aplikasi kedua setelah stump karet berumur 1 bulan.

Penanaman
            Stump mata tidur karet ditanam di polybag yang diisi tanah sesui dengan perlakuan dan dimasukkan ke dalam polybag.






Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
            Penyiraman dilakukan setiap hari pada sore hari tergantung kepada kondisi kelembapan permukaan media tanam. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor.

Penyiangan
            Penyiangan dilakukan setiap minggunya dengan cara mencabut gulma yang tumbuh pada polybag.

Pengamatan Parameter
Persentase Mata Melentis
            Persentase mata melentis benih karet dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
% melentis = Jumlah Tanaman Yang Tumbuh  x 100 %
                         Jumlah Tanaman Seluruhnya

Tinggi Tunas (cm)
            Tinggi tunas dihitung dari permukaan tanah sampai titik tumbuh tanaman tertinggi.

Diameter Tunas (mm)
            Diameter tunas dihitung tiap minggu, dihitung pada pangkal bawah tunas yang telah tumbuh minimal 1 cm dari tunas yang tumbuh.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Persentase Mata Melentis (%)
Persentase mata melentis stump mata tidur karet (%) dari perlakuan pupuk P (fosfat) dan media tanam serta interaksi (M x P) dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Pengaruh Media Tanam dan Pupuk P Terhadap Persentase Mata Melentis (%).

Perlakuan
MST
3
4
5
6
7
8
Media tanam






M0
30.52
49.99
49.99
49.99
49.99
49.99
M1
21.17
33.36
30.54
30.54
30.54
30.54
Pupuk






P0
33.33
49.99
44.43
44.43
44.43
44.43
P1
2.05
33.32
33.32
33.32
33.32
33.32
P2
16.33
38.98
38.88
38.88
38.88
38.88
P3
29.70
44.43
44.43
44.43
44.43
44.43
Interaksi






M0P0
33.30
44.42
44.42
44.42
44.42
44.42
M0P1
25.90
44.44
44.44
44.44
44.44
44.44
M0P2
29.60
55.55
55.55
55.55
55.55
55.55
M0P3
33.30
55.55
55.55
55.55
55.55
55.55
M1P0
33.30
55.55
44.44
44.44
44.44
44.44
M1P1
22.20
22.20
22.20
22.20
22.20
22.20
M1P2
3.07
22.40
22.20
22.20
22.20
22.20
M1P3
25.90
33.30
33.30
33.30
33.30
33.30

                          Dari Tabel 1. Diketahui bahwa pengaruh media tanam terhadap parameter persentase mata melentis (%) stump mata tidur pada karet yang tertinggi terdapat pada perlakuan M0 pada 4-8 MST, yaitu 49,9 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan M1 pada 3 MST, yaitu sebesar 21,17 %.
                          Dari Tabel 1. Diketahui bahwa pengaruh pupuk P (fosfat)  terhadap parameter persentase mata melentis (%) stump mata tidur karet yang  tertingi terdapat pada perlakuan P0 pada 4 MST, yaitu sebesar 49,99% sedangkan perlakuan terendah terdapat pada P1 pada 3 MST, yaitu 2,05%.
                          Dari Tabel 1. Diketahui bahwa pengaruh media tanam dengan pupuk fosfat (MxP) terhadap parameter persentase mata melentis (%) stump mata tidur karet yang tertinggi terdapat pada perlakuan M0P2 dan M0P3 pada 4-8 MST, yaitu sebesar 55,55%, sedangkan perlakuan terendah terdapat pada perlakuan M1P2 pada 3 MST sebesar 3,07%.
Gambar 1. Diagram Batang Pengaruh Media Tanam Terhadap Persentase Mata Melentis (%)

             




             
Gambar 2. Grafik Pengaruh Pupuk P (fosfat) Terhadap Persentase Mata Melentis (%)

Gambar 3. Grafik Pengaruh Interaksi (MxP) Terhadap Persentase Mata   Melentis



Tinggi Tunas (cm)
            Tinggi tunas stump mata tidur karet (cm) pada pengaruh media tanam dan pupuk P (fosfsat) serta interaksi (MxP) dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Pengaruh Pupuk P (fosfat) dan Media Tanam Terhadap Tinggi Tunas (cm)
Perlakuan
MST
1
2
3
4
5
6
7
8
Media tanam








M0
1.64
3.18
4.44
5.57
6.56
7.30
8.24
9.21
M1
0.09
2.27
2.16
3.03
3.64
4.30
4.92
5.22
Perlakuan








P0
2.47
6.15
6.27
7.09
8.07
9.07
9.93
10.47
P1
0.38
1.31
1.23
2.61
3.04
3.25
4.08
4.26
P2
0.36
2.18
4.08
5.31
6.27
6.86
7.72
9.07
P3
0.25
1.26
1.62
2.21
3.02
4.02
4.59
5.08
Interaksi








M0P0
4.93
6.02
6.97
7.64
8.53
8.63
9.76
10.85
M0P1
0.75
1.3
1.75
2.74
3.24
3.48
3.85
4.16
M0P2
0.71
4.36
7.03
9.15
10.83
11.95
13.58
15.57
M0P3
0.16
1.04
1.99
2.76
3.64
5.13
5.75
6.26
M1P0
0
3.14
5.56
6.53
7.61
9.51
10.1
10.08
M1P1
0
0.66
0.7
2.48
2.84
3.01
4.3
4.36
M1P2
0
0
1.13
1.46
1.70
1.76
1.86
2.56
M1P3
0.17
0.74
1.24
1.66
2.39
2.90
3.43
3.89
                
            Dari Tabel 2. Diketahui bahwa pengaruh media tanam terhadap parameter tinggi tunas karet (cm) yang tertinggi yaitu pada M0 pada 8 MST (9,21) dan terendah pada M1 pada 1 MST (0,09).
            Dari Tabel 2. Diketahui bahwa pengaruh pupuk P (fosfat) terhadap parameter tinggi tunas karet (cm) yang tertinggi terdapat pada P0 pada 8 MST (10,47) dan terendah pada P3 pada 1 MST (0,25).
            Dari Tabel 2. Diketahui bahwa pengaruh interaksi anatara media tanam dengan pupuk P (fosfat) yang tertinggi terdapat pada perlakuan M0P0 pada 8 MST (10,85) dan terendah pada perlakuan M1P1, M1P2 dan M1P3 pada 1 MST (0).
Gambar 4. Diagram Batang Pengaruh Media Tanam Terhadap Tinggi Tunas (cm)








Gambar 5. Grafik Pengaruh Pupuk P (fosfat) Terhadap Tinggi Tunas (cm)

Gambar 6. Grafik pengaruh Pupuk P (fosfat) dan Media Tanam Terhadap Tinggi Tunas (cm)








Diameter Tunas (mm)
            Diameter tunas stump mata tidur karet (mm) dari perlakuan media tanam dan pupuk P (fosfat), serta interaksi antara media tanam dan pupuk (MxP) dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Pengaruh Pupuk P (fosfat) dan Media Tanam Terhadap Diameter Tunas (mm)

Perlakuan
MST
1
2
3
4
5
6
7
8
Media tanam








M0
0.43
0.98
1.54
4.30
2.07
2.29
2.79
3.13
M1
0.14
0.20
0.59
3.23
1.52
1.38
1.34
1.82
Perlakuan








P0
0.47
1.09
1.55
3.39
2.17
2.26
2.05
2.32
P1
0.27
0.42
0.55
2.37
0.86
0.99
1.49
1.44
P2
0.15
0.26
1.25
4.80
1.95
2.29
2.79
3.62
P3
0.26
0.59
0.92
4.50
2.21
1.80
1.94
2.52
Interaksi








M0P0
0.93
2.04
2.31
2.65
2.75
2.77
3.12
3.58
M0P1
0.20
0.41
0.65
2.37
0.88
1.06
1.76
1.29
M0P2
0.29
0.52
1.60
6.50
2.63
3.00
3.77
4.85
M0P3
0.30
0.96
1.59
5.66
2.02
2.35
2.50
2.79
M1P0
0.00
0.14
0.78
4.13
1.58
1.75
0.97
1.06
M1P1
0.35
0.42
0.45
2.37
0.84
0.93
1.21
1.59
M1P2
0.00
0.00
0.90
3.10
1.27
1.57
1.80
2.38
M1P3
0.21
0.23
0.24
3.33
2.40
1.25
1.37
2.25
 
            Dari Tabel 3. Diketahui bahwa pengaruh media tanam terhadap parameter diameter tunas (mm) stump mata tidur karet yang tertinggi terdapat pada M0 pada 4 MST (4,30) dan terendah pada perlakuan M1 pada 1MST (0,14).
            Dari Tabel 3. Diketahui bahwa pengaruh pupuk P (fosfat) terhadap parameter diameter tunas (mm) stump mata tidur karet tertinggi pada P2 pada 8 MST (3,13) dan terendah pada perlakuan P2 pada 1 MST (0,15).
            Dari Tabel 3. Diketahui bahwa pengaruh interaksi media tanam dan pupuk P (fosfat) terhadap parameter diameter tunas (mm) stump mata tidur karet tertinggi pada M0P2 pada 8 MST (4,85) dan terendah pada perlakuan M1P0 (0)
 
Gambar 7. Diagram Batang Pengaruh Media Tanam Terhadap Diameter Tunas (mm)

Gambar 8. Grafik Pengaruh Pupuk P (fosfat) Terhadap Diameter Tunas (mm)



Gambar 9. Grafik Pengaruh Pupuk P (fosfat) dan Media Tanam Terhadap Diameter Tunas (mm)

Pembahasan
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pengaruh media tanam terhadap parameter persentase mata melentis stump mata tidur karet yang tertinggi terdapat pada perlakuan M0 pada 4-8 MST, yaitu 49,9 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan M1 pada 3 MST, yaitu sebesar 21,17 %. Hal ini disebabkan karena stum okulasi mata tidur (OMT) yang digunakan adalah batang bawah yang telah diokulasi dengan mata okulasi terpilih dan terjadi respon positif terhadap media tanamnya yaitu top soil. Hal ini sesuai dengan literatur Harahap (1986) yang menyatakan bahwa bibit karet klonal atau stum okulasi mata tidur (OMT) adalah batang bawah yang telah diokulasi dengan mata okulasi terpilih. Stum okulasi mata tidur tahan hidup, seragam, mudah dikemas, mudah diatur dan mudah diangkut. Bibit karet yang akan ditanan di lapang harus berasal dari klon unggul yang terpilih, pertumbuhan bibit dalam kondisi prima, terhindar dari hama/penyakit, dan sebagainya.
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pengaruh pupuk P (fosfat)  terhadap parameter persentase mata melentis (%) stump mata tidur karet yang  tertingi terdapat pada perlakuan P0 pada 4 MST, yaitu sebesar 49,99% sedangkan perlakuan terendah terdapat pada P1 pada 3 MST, yaitu 2,05%.  Hal ini disebabkan karena media tanam yang digunakan gembur dan halus, sehingga akar baru yang keluar tidak terhambat pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan literautr Widianto (2000) yang menyatakan bahwa media yang digunakan untuk penyemaian biasa hanya terdiri atas pasir saja tetapi kadang-kadang juga diberi campuran sekam padi, lumut yang telah membusuk, tanah gembur, kompos, topsoil, dan benih. Asalkan tanahnya gembur dan halus, sehingga akar baru yang keluar tidak terhambat pertumbuhannya.
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pengaruh media tanam dengan pupuk fosfat (MxP) terhadap parameter persentase mata melentis (%) stump mata tidur karet yang tertinggi terdapat pada perlakuan M0P2 dan M0P3 pada 4-8 MST, yaitu sebesar 55,55%, sedangkan perlakuan terendah terdapat pada perlakuan M1P2 pada 3 MST sebesar 3,07%. Hal ini disebabkan karena fosfor mempunyai peranan penting dalam metabolisme energi. Hal ini sesuai dengan literautr Soepardi (1981) yang menyatakan bahwa ia diinkorporasikan dalam adenosin trifosfat, ATP, yang merupakan bagian dan paket dari ”energi umum” semua sel hidup dari spesies apapun.
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pengaruh media tanam terhadap parameter tinggi tunas karet (cm) yang tertinggi yaitu pada M0 pada 8 MST (9,21) dan terendah pada M1 pada 1 MST (0,09). Hal ini disebabkan karena stum okulasi mata tidur (OMT) yang digunakan adalah batang bawah yang telah diokulasi dengan mata okulasi terpilih dan terjadi respon positif terhadap media tanamnya yaitu top soil. Hal ini sesuai dengan literatur Harahap (1986) yang menyatakan bahwa bibit karet klonal atau stum okulasi mata tidur (OMT) adalah batang bawah yang telah diokulasi dengan mata okulasi terpilih. Stum okulasi mata tidur tahan hidup, seragam, mudah dikemas, mudah diatur dan mudah diangkut. Bibit karet yang akan ditanan di lapang harus berasal dari klon unggul yang terpilih, pertumbuhan bibit dalam kondisi prima, terhindar dari hama/penyakit, dan sebagainya.
            Dari hasil pengamtan diketahui bahwa pengaruh pupuk P (fosfat) terhadap parameter tinggi tunas karet (cm) yang tertinggi terdapat pada P0 pada 8 MST (10,47) dan terendah pada P3 pada 1 MST (0,25). Hal ini disebabkan karena fosfor mempunyai peranan penting dlam meatbolisme energi. Hal ini sesuai dengan literatur Soepardi (1981) yang menyatakan bahwa ia diinkorporasikan dalam adenosin fosfat yang merupakan bagian umum semua sel hidup dari spesies apapun.   
            Dari hasil pengammatan diketahui bahwa pengaruh interaksi anatara media tanam dengan pupuk P (fosfat) terhadap parameter tinggi tunas yang tertinggi terdapat pada perlakuan M0P0 pada 8 MST (10,85) dan terendah pada perlakuan M1P1, M1P2 dan M1P3 pada 1 MST (0). Hal ini disebabkan karena terjadi interaksi yang positif antara media tanam maupun pupuk pada 8 MST. Hal ini sesuai dengan literatur Widianto (2000) yang menyatakan bahwa media yang digunakan untuk penanaman biasanya hanya terdiri atas topsoil yang memiliki kandungan bahan organik tinggi dan unsur hara yang kaya.
            Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pengaruh media tanam terhadap parameter diameter tunas (mm) stump mata tidur karet yang tertinggi terdapat pada M0 pada 4 MST (4,30) dan terendah pada perlakuan M1 pada 1MST (0,14). Hal ini disebabkan karena stum okulasi mata tidur (OMT) yang digunakan adalah batang bawah yang telah diokulasi dengan mata okulasi terpilih dan terjadi respon positif terhadap media tanamnya yaitu top soil. Hal ini sesuai dengan literatur Harahap (1986) yang menyatakan bahwa bibit karet klonal atau stum okulasi mata tidur (OMT) adalah batang bawah yang telah diokulasi dengan mata okulasi terpilih. Stum okulasi mata tidur tahan hidup, seragam, mudah dikemas, mudah diatur dan mudah diangkut. Bibit karet yang akan ditanan di lapang harus berasal dari klon unggul yang terpilih, pertumbuhan bibit dalam kondisi prima, terhindar dari hama/penyakit, dan sebagainya.
            Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pengaruh pupuk P (fosfat) terhadap parameter diameter tunas (mm) stump mata tidur karet tertinggi pada P2 pada 8 MST (3,13) dan terendah pada perlakuan P2 pada 1 MST (0,15). Hal ini disebabkan karena fosfor mempunyai peranan penting dlam meatbolisme energi. Hal ini sesuai dengan literatur Soepardi (1981) yang menyatakan bahwa ia diinkorporasikan dalam adenosin fosfat yang merupakan bagian umum semua sel hidup dari spesies apapun.
            Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pengaruh interaksi media tanam dan pupuk P (fosfat) terhadap parameter diameter tunas (mm) stump mata tidur karet tertinggi pada M0P2 pada 8 MST (4,85) dan terendah pada M1P0 (0). Hal ini disebabkan karena terjadi interaksi yang positif antara media tanam maupun pupuk pada 8 MST. Hal ini sesuai dengan literatur Widianto (2000) yang menyatakan bahwa media yang digunakan untuk penanaman biasanya hanya terdiri atas topsoil yang memiliki kandungan bahan organik tinggi dan unsur hara yang kaya.





















KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.      Pada paramater persentase mata melentis dengan pengaruh media tanamnya nilai tertinggi terdapat pada perlakuan M0 pada 4-8 MST, yaitu 49,9 %, sedangkan pengaruh pupuk fosfat yang tertinggi pada perlakuan P0 pada 4 MST, yaitu sebesar 49,99%, dan pada interaksi nilai tertinggi pada perlakuan M0P2 dan M0P3 pada 4-8 MST, yaitu sebesar 55,55%.
2.      Pada parameter persentase mata melentis dengan pengaruh media tanamnya nilai terendah terdapat pada perlakuan M1 pada 3 MST, yaitu sebesar 21,17%, sedangkanpengaruh pupuk fosfat terendah terdapat pada perlakuan P1 pada 3 MST, yaitu 2,05%, dan pada interaksi nilai terendah terdapat pada perlakuan M1P2 pada 3 MST sebesar 3,07%
3.      Pada parameter tinggi tunas dengan pengaruh media tanam, nilai tertinggi terdapat pada perlakuan M0 pada 8 MST (9,21), sedankan pengaruh pupuk P (fosfat) terdapat pada perlakuan P0 pada 8 MST (10,47), dan pada interaksi nilai tertinggi terdapat pada perlakuan M0P0 pada 8 MST (10,85). 
4.      Pada parameter tinggi tunas pada stump mata tidur dengan pengaruh media tanam, nilai terendah terdapat pada perlakuan M1 pada 1 MST (0,09), seddangkan pengaruh pupuk terdapat pada perlakuan P3 pada 1 MST (0,25), dan pada interaksi terdapat pada perlakuan M1P1, M1P2 dan M1P3 pada 1 MST (0).
5.      Pada parameter diameter tunas (mm) stump mata tidur nilai tertinggi dengan pengaruh media tanam terdapat pada perlakuan M0 pada 4 MST (4,30), sedangkan pengaruh pupuk tertinggi terdapat pada perlakuan P2 pada 8 MST (3,13), dan  pengaruh interaksi tertinggi terdapat pada perlakuan M0P2 pada 8 MST (4,85)
6.      Pada parameter diameter tunas, nilai terendah dengan pengaruh media tanamnya terdapat pada perlakuan M1 pada 1MST (0,14), sedangkan pengaruh pupuk terdapat pada perlakuan P2 pada 1 MST (0,15), dan interaksi terendah pada perlakuan M1P0 (0). 
Saran
            Diharapkan pada penyajian data untuk lebih teliti agar tidak terjadi kesalahan.









DAFTAR PUSTAKA
Ashari, S., 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press, Jakarta.

Andoko, A dan Setawan. 1997. Petujuk Lengkap Budidaya Karet. Penebar Swadaya, Jakarta.

Dwijoseputro.1994.Pengantar Fisiologi Tumbuhan.PT.Gramedia, Pusataka Jaya.

Hartman, H, W.Kracker., M.Anton.1981. Plant Science. Prentice and Hall.Inc, Mew Jersey.

http://ginaukim.com. 2010. Klon Unggul Tnaman Karet. Dakses Pada Tanggal 26 April 2010.

http://www.icraf.org. 2008. Karet Budidaya. Diakses Pada Tanaggal 13 April. 2010.

Musa, L. 2006. Dasar Ilmu Tanah. USU Press, Medan.

Sadjad, M. 1993. Budidaya Tanaman Perkebunan. Rajawali Press, Jakarta.

Sianturi, H. 2001. Budidaya Tanaman Karet. USU Press, Medan.

Simamora dan Salundik. 2006. Menigkatakan Kualitas Kompos. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Steenis. 1975. Flora. Paramitha, Jakarta.

Sutanto, R. 2005. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Kanisius, Yogyakarta.

Syamsulbahri.1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. UGM Press, Yogyakarta.

Tim Penulis PS. 2008. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya, Jakarta.

Wudianto, R.2004. Membuat Stek, Cangkok, dan Okulasi. Kanisius, Yogyakarta




Komentar

Postingan Populer