laporan perkebunan kelapa sawit

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk menghasilkan pertumbuhan yang sehat dan juga serta menghasilkan produksi yang tinggi dibutuhkan kisaran kondisi lingkungan tertentu. Peningkatan hasil ini idealnya diikuti penekanan biaya produksi melalui minimasi kehilangan hasil. Upaya menghindari pencemaran lingkungan dan peningkatan nilai tambah juga penting (Risza, 1994).
            Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatra Utara pada tahun 1870an. Jika dilihat dari sumbangan devisa yang dihasilkan terhadap devisa non migas, memang masih kecil, misalnya pada tahun 1988 hanya 1, 99% saja dari nilai ekspor non migas (Fauzi, dkk., 2005).
            Semakin luasnya perkebunan kelapa sawit diikuti dengan peningkatan produksi dan jumlah limbah kelapa sawit. Dalam proses produksi minyak sawit, TKKS merupakan limbah terbesar yaitu sekitar 23% tandan buah segar. TKKS digunakan sebagai bahan organik baik digunakan secara langsung maupun secara tidak langsung (Widiastuti dan Darmono, 2000).
            Sistem pembibitan main nursery dilakukan pada media polybag. Polybag yang berisi media tanam harus tetap terjaga kelembabannya agar perkecambahan bibit sawit yang diperoleh berhasil dengan baik. Secara normal, biji kelapa sawit tidak dapat berkecambah dengan cepat, karena adanya sifat dormansi. Jika benih langsung ditanam pada tanah atau pasir maka presentase daya kecambahnya setelah 3-6 bulan hanya 80% (Sianturi, 2001).
            Pembibitan di main nursery memerlukan lahan yang lebih luas karena bibit ditanam pada jarak yang lebih besar. Pembibitan harus terbuka bebas dari gulma dan terkawal dari gangguan hewan liar, ternak dan lain-lain. Tempat yang diduga asal sumber hama seperti semak-semak di sekitar pembibitan                   (Syamsulbahri, 1996).
Tujuan Percobaan
            Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui Pengaruh pengaruh pemberian pupuk NPKMg dan media tanam pada pembibitan kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.) pada main nursery.
Hipotesis Percobaan
-                Diduga ada pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan kecambah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Main Nursery.
-                Ada pengaruh pemberian pupuk NPKMg  terhadap pertumbuhan kecambah kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Main Nursery.
-                Ada pengaruh interaksi antara media tanam dan pemberian pupuk NPKMg  terhadap pertumbuhan kecambah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Main Nursery.



Kegunaan Percobaan
-                Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Tes di Laboratorium Teknologi Budidaya Tanaan Perkebunan                      Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian                                      Universitas Sumatera Utara, Medan.
-                Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.



































TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
            Menurut Stennis (1975), adapun klasifikasi tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae
Division           : Embriophyta
Subdivision     : Angiospermae
Class                : Monocotyledonae
Ordo                : Palmaceae
Famili              : Palmales
Genus              : Elaeis
Spesies            : Elaeis guineensis Jacq.
            Akar tanaman kelapa sawit adalah akar serabut. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar nafas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi (http://situshijau.co.id., 2009).
            Batangnya berbentuk silindris berdiameter 0,5 m pada tanaman dewasa. Bagian bawah umumnya lebih besar (gemuk) disebut bongkol batang atau bowl. Meskipun pucuk terletak dengan  ujung batang, dimana pertumbuhan batang sedikit agak membesar. Aktivitas meristem pucuk hanya memberi sedikit kontribusi. Batang diselimuti oleh pangkal pelepah daun tua sampai kira-kira umur 11-15 tahun. Umumnya, pertambahan tingi batang bisa mencapai 35-75 cm pertahun, tergantung pada keadaan lingkungan tumbuh dan keragaman genetik (Goldsworthy adn Fisher, 1996).
            Daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Daun-daun membentuk suatu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5 – 9 m. jumlah anak daun di setiap pelepah berkisar antara 250-400 helai. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga makin efektif melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan berbagai alat transpirasi (Setyamidjaja, 1999).
            Bunga jantan dan bunga betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoceous diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar                  (http://ashesflora.co.id, 2009).
            Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelepah. Buah akan rontok dengan sendirinya                             (Hartman, dkk., 1981).
            Biji merupakan bagian buah yang telah terpisah dari daging buah. Ukuran tergantung tipe tanaman. Biji terdiri dari cangkang, embrio dan inti atau endosperm. Embrio panjangnya 3 mm (Syamsulbahri, 1996).


Syarat Tumbuh
Iklim
            Secara alami kelapa sawit hanya tumbuh di daerah tropis. Tanaman ini dapat tumbuh di tempat berawa di sepanjang bantara sungai di tempat yang basah. Dengan demikian, tanaman kelapa sawit diperkirakan masih dapat hidup dengan  baik sampai pada kisaran suhu 200C (Sianturi, 2001).
            Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat dan memacu pembentukan bunga dan buah. Untuk itu, intensitas, kualitas, dan lamanya penyinaran amat berpengaruh. Lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5 -7 jam/ hari (Setyamidjaja, 1999).
            Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata 2.000 – 2.500 mm/tahun dengan distribusi nerata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan. Curah hujan yang merata dapat menurunkan penguapan dan tanaman kelapa sawit. Namun, yang terpenting adalah tidak terjadi deficit air sebesar 250 mm (http://ashesflora.co.id., 2009).
            Tanaman kelapa swait di perkebunan komersial dapat tumbuh dengan suhu 240C-280C. Di daerah sekitar khatulistiwa, tanaman sawit liar masih dapat menghasilkan buah pada ketinggian 1300 m dari permukaan laut              (Syamsulbahri, 1996).



Tanah
            Tanah yang baik untuk budidaya kelapa sawit harus mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan subur. Tanah harus berdraenase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam dan tidak berbatu (Sutanto, 2005).
            Tanah latosol, ultisol, dan aluvial yang meliputi tanah gambut, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit. Tanah memiliki derajat keasaman (pH) antara 4-6 (Buchman and Brady, 1982).
            Ketinggian tempat yang ideal bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit antara 1-400 m dpl. Topografi datar dan berombak sampai bergelombang. Kelerengan ideal berkisar antara 0 sampai 25% (Syamsulbahri, 1996).
            Sifat fisik tanah dapat dilihat dari tingkat kemasaman dan komposisi kandugan hara mineralnya. Sifat kimia tanah mempunyai arti penting dalam menentukan dosis pemupukan dan kesuburan tanah. Tanah kelapa sawit tidak memerlukan tanah dengan sifat kimia (Sianturi, 2001).
Media Tanam
Bibit kelapa sawit membutuhkan media tanam yang mempunyai sifat fisik dan kimia yang baik. Media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas baik, misalnya tanah bagian atas (topsoil) pada ketebalan 0-20 cm, dan berasal dari areal pembibitan di sekitarnya. Tanah yang digunakan harus memiliki struktur yang baik, tekstur remah dan gembur, tidak kedap air serta bebas kontaminasi (Khaeruddin, 1991).
TKKS melalui proses dekmposisi dapat dijadikan menjadi pupuk yang kadar unsur hara seperti N, P, K, dan Mg sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Pengolahan TKKS segar menjadi kompos pada dasarnya memiliki manfaat ganda yakni jawaban atas permasalahan limbah cair dan limbah padat TKKS serta manfaat ekonomis sebagai pemasok unsur bahan organik bagi tanaman (Widiastuti dan Darmono, 2000).
Kompos TKKS merupakan bahan organik yang mengandung unsur hara utama N, P, K, dan Mg. Selain diperkirakan mampu memperbaiki sifat fisik tanah, TKKS juga diharapkan mampu meningkatkan efisiensi pemupukan sehingga pupuk yang digunakan untuk pembibitan kelapa sawit berkurang (Sutanto, 2005).
Pemberian Pupuk NPKMg
            Pemupukan merupakan faktor yang pentingdalam pertumbuhan tanaman. Dalam reaksi biokimia tanaman, pupuk fosfat mempunyai peranan penting sebagai penyimpan dan pemindahan energi kerja osmotis, reaksi fotosintesis dan glikolisis serta pada akhirnya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan juga produksi tanaman (http://teddysite.blogspot, 2010).      
Nitrogen adalah salah satu unsur hara makro yang sangat penting dan dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sangat penting dan dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak dan diserap tanaman dalam bentuk ion anion NO3- (nitrat), selain itu nitrogen juga diserap tanaman dalam bentuk kation (NH4+). Efek nitrogen terhadap pertumbuhan tanaman sangat cepat dan nyata               (Sutanto, 2005).
Kalium tergolong unsur yang mobil dalam tanaman baik dalam sel, jaringan tanaman, maupun dalam xylem dan floem. Kalium banyak terdapat dalam sitoplasma, garam kalium berperan dalam tekanan osmosis sel. Peranan K dalam mengatur turgor sel diduga berkaitan dengan konsentrasi K dalam vakuola (Sianturi, 2001).
Peranan umum magnesium dalam tubuh tanaman adalah sebagai bagian esensial dari klorofil yang memberikan warna hijau pada daun, diperlukan dalam pembentukan gula dari karbondioksida dan air (fotosintesis), mengatur penyerapan unsur hara lainnya, bertindak sebagai pembawa fosfor di dalam tubuh tanaman dan menstimulasi pembentukan minyak dan lemak                     (Buchman and Brady, 1982).
Pembibitan Kelapa Sawit
            Pembibitan utama memerlukan lahan yang luas karena bibit ditanam pada jarak yang lebih besar. Pembibitan harus terbuka, bebas dari gulma dan terkawal dari gangguan hewan liar (Khaeruddin, 1991).
            Pemindahan bibit dari pre nursery ke main nursery dapat dilakukan pada saat bibit berumur 3-3,5 bulan atau telah berdaun 3-4 helai. Umur tersebut merupakan standar baku yang dianggap paling baik untuk menentukan waktu pindah ke main nursery (Widiastuti dan Darmono, 2000).
            Sistem pembibitan di main nursery dilakukan pada media polybag. Polybag yang berisi media tanam harus tetap terjaga kelembaban agar perkecambahanbibit sawit yang diperoleh berhasil dengan baik (Sianturi, 2001).
            Secara normal, biji kelapa sawit tidak dapat berkecambah dengan cepat karena adanya sifat dormansi. Jika benih langsung di tanam pada tanah atau pasir maka presentase daya kecambahnya setelah 3-6 bulan hanya 80%               (Syamsulbahri, 1996).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan
            Percobaan ini dilakukan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanan Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 m dpl pada bulan September sampai bulan November.

Bahan dan Alat Percobaan
            Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah bibit kelapa sawit yang berumur 3-3,5 bulan sebagai objek pengamatan, TKKS yang digunakan sebagai kompos, topsoil, pasir, sub soil yang digunakan sebagai media tanam, polyag yang digunakan sebagai wadah penanaman, pupuk NPKMg sebagai bahan pupuk, air sebagai penyiram tanaman dan label nama untuk menandai perlakuan setiap polybag.
            Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah cangkul untuk mencampurkan media tanam, jangka sorong untuk mengukur diameter batang, meteran untuk mengukur tinggi tanaman, gembor untuk menyiram tanaman, ayakan yang digunakan untuk mengayak media tanam dan buku data yang digunakan sebagai tempat penulisan data.




Metode Percobaan
            Metode percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu:
Faktor 1           : Media Tanam (M) dengan 2 taraf
            M1       : Top Soil + Pasir (2:1)
            M2       : Subsoil + TKKS (3:1)
Faktor 2           : Pupuk NPKMg (15:15:6:4)  dengan 4 taraf
            P0         : 0 gr
                P1         : 15 gr
                P2         : 30 gr
            P3         : 45 gr
Maka akan didapat 8 kombinasi perlakuan, yaitu:
M1P0                                   M2P0
M1P1                                   M2P1
M1P2                                              M2P2
M1P3                                   M2P3
Jumlah Ulangan                      : 3
Jumlah Stump per plot            : 6
Jumlah bibit per polybag         : 1
Jumlah polybag perplot           : 2
Jumlah bibit seluruhnya          : 36 bibit
               Data hasil praktikum dianalisis sidik ragam berdasarkan model linear sebagai berikut  :
               Yijk = µ + ρi + αj + βk + (α β )jk + Ζijk
Dimana :
 Yijk        : Hasil Pengamatan  dari blok ke-I dengan perlakuan pemberian pupuk NPKMg taraf ke-k,
 µ            : Nilai tengah sebenarnya
 ρi           : Efek Blok ke-i
 αj               : Efek perlakuan media tanam taraf ke-j
 βk           : Efek perlakuan pemberian pupuk NPKMg taraf ke-k
 (α β )jk    : Efek interaksi perlakuan media perlakuan pemberian pupuk NPKMg taraf ke-j dan perlakuan media tanam taraf ke-k
 Ζijk            : Efek galat yang mendapat perlakuan pemberian pupuk NPKMg  taraf ke-I dan perlakuan media tanam  taraf ke-j dan interaksi perlakuan media tanam dan pemberian pupuk NPKMg taraf ke-k.




PELAKSANAAN PERCOBAAN
Persiapan Media Tanam
               Media tanam yang digunakan adalah topsoil, subsoil, pasir dan TKKS  kemudian dicampur dan dimasukkan kedalam polybag ukuran 5 kg.

Penanaman Benih
               Bibit sawit yang akan ditanam dipilih yang paling baik yaitu yang telah berumur 3-3,5 bulan dan telah dimasukkan ke dalam polybag. Penanaman dengan cara merobek plastik dan menanam di media polybag yang berukuran lebih besar.

Aplikasi NPKMg
               Aplikasi pupuk NPKMg terdiri dari dua kali. Aplikasi pertama dilakukan pada saat penanaman awal dan aplikasi kedua diberikan pada saat berumur 2 bulan. Perbandingan pupuk NPKMg adalah 15:15:6:4

Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
               Penyiraman dilakukan setiap hari selanjutnya dikurangi tergantung keadaan cuaca.

Penyiangan
               Penyiangan dilakukan dengan tangan pada saat gulma tumbuh di media.
Pengamatan Parameter
Tinggi Tanaman (cm)
               Dihitung sekali seminggu dengan menggunakan penggaris atau meteran.
Diameter Batang (mm)
               Dihitung setiap minggu, dari pangkal tanaman (1 cm) diatas permukaan tanah menggunakan jangka sorong.

Jumlah Daun (helai)
               Jumlah daun diukur sekali seminggu. Daun yang dihitung adalah daun yang sudah terbuka sempurna.












HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman bibit kelapa sawit (cm) dari perlakuan pupuk NPKMg dan media tanam dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Pengaruh Pupuk NPKMg dan Media Tanam Terhadap Tinggi Tanaman (cm).
Perlakuan
MST
1
2
3
4
5
6
Media tanam






M1
14.72
23.21
21.90
23.21
24.90
23.86
M2
12.64
18.69
16.68
18.69
19.53
20.27
Pupuk






P0
12.53
16.52
17.46
19.31
19.975
17.665
P1
12.97
18.05
20.25
22.74
25.225
26.625
P2
15.545
23.69
20.155
20.81
21.45
21.91
Interaksi






M1P0
12.36
19.06
20.12
20.92
22.03
16.9
M1P1
16.21
20.58
23.7
26.05
29.25
30.83
M1P2
15.59
30.8
21.88
22.67
23.42
23.85
M2P0
12.7
13.98
14.8
17.7
17.92
18.43
M2P1
9.73
15.52
16.8
19.43
21.2
22.42
M2P2
15.5
16.58
18.43
18.95
19.48
19.97

            Dari Tabel 1. Diketahui bahwa pengaruh media tanam terhadap tinggi tanaman (cm) yang tertinggi berada pada perlakuan M1 pada 6 MST (23,86), dan terendah pada perlakuan M2 pada 1 MST (12,64).
            Dari Tabel 1. Diketahui bahwa pengaruh pupuk NPKMg terhadap parameter tinggi tanaman (cm) yang tertinggi yaitu pada perlakuan P1 pada 6 MST (26,62), dan terendah yaitu  P0 pada 1 MST (12,53).
            Dari Tabel 1. Diketahui bahwa pengaruh interaksi antara media tanam dan pupuk NPKMg (MxP) terhadap tinggi tanaman yang tertinggi yaitu pada perlakuan  M1P1 pada 6 MST (30,83), dan terendah yaitu pada perlakuan M2P1 pada 1 MST (9,73).
Gambar 1. Diagram Batang Pengaruh Media Tanam Terhadap Tinggi Tunas (cm)

Gambar 2. Grafik Pengaruh Pupuk NPKMg Terhadap Tinggi tanaman (cm)

Gambar 3. Grafik Pengaruh Interaksi Media Tanam Dengan Pupuk Terhadap Tinggi Tanaman

Jumlah Daun (helai)
            Jumlah daun bibit kelapa sawit (helai) dari perlakuan pemberien media tanam pupuk NPKMg serta interaksinya dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Pengaruh Pemberian Media Tanam dan Pupuk NPKMg Pada Jumlah Daun (helai)
Perlakuan
MST
1
2
3
4
5
6
Media tanam





M1
2.89
3.45
3.94
4.56
4.78
5.17
M2
3.67
4.00
4.16
4.56
5.33
5.00
Pupuk






P0
2.75
3.42
3.83
4.42
4.50
4.75
P1
3.25
3.67
3.83
4.25
5.58
4.92
P2
3.84
4.09
4.50
5.00
5.08
5.58
Interaksi






M1P0
2.00
2.67
3.33
3.67
3.83
4.00
M1P1
3.00
4.00
4.33
4.83
5.33
5.50
M1P2
3.67
3.67
4.17
5.17
5.17
6.00
M2P0
3.50
4.17
4.33
5.17
5.17
5.50
M2P1
3.50
3.33
3.33
3.67
5.83
4.33
M2P2
4.00
4.50
4.83
4.83
5.00
5.17

            Dari Tabel 2. Diketahui bahwa pengaruh media tanam terhadap parameter jumlah daun (helai) yang tertinggi yaitu pada perlakuan M1 pada 6 MST (5,17), dan terendah pada perlakuan M1 ada 1 MST (2,89).
            Dari Tabel 2. Diketahui bahwa pengaruh pemberian pupuk NPKMg terhadap parameter jumlah daun (helai) yang tertinggi yaitu pada perlakuan P2 pada 6 MST (5,58) dan terendah pada perlakuan P0 pada 1 MST (2,75).
            Dari Tabel 2. Diketahui bahwa pengaruh pemberian media tanam dan pupuk NPKMg terhadap parameter jumlah daun (helai) yang tertinggi pada perlakuan M1P2 pada 6 MST (6,0), dan terendah pada perlakuan M1P0 pada 1 MST (2,0).
Gambar 4. Diagram Batang Pengaruh Media Tanam Terhadap Jumlah Daun (helai)


Gambar 5. Grafik Pengaruh Pupuk NPKMg Terhadap Jumlah Daun

Gambar 6. Grafik Pengaruh Media Tanam dan Pupuk NPKMg Terhadap Jumlah Daun


Diameter batang (mm)
            Diameter batang bibit kelapa sawit (mm) dari perlakuan pemberian media tanam, pupuk NPKMg, serta interaksinya dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh Pemberian Media Tanam dan Pupuk NPKMg Terhadap Diameter Batang (mm)
Perlakuan
MST
1
2
3
4
5
6
Media tanam






M1
2.38
5.23
6.66
7.08
7.44
8.25
M2
2.95
3.57
4.93
6.12
6.62
7.04
Pupuk






P0
4.31
5.89
6.01
6.27
6.51
7.46
P1
1.95
4.60
5.01
6.27
7.04
7.42
P2
4.41
7.11
6.36
7.27
7.55
8.06
Interaksi






M1P0
1.49
3.92
6.67
6.93
7.29
8.77
M1P1
2.93
5.90
6.3
6.79
7.18
7.72
M1P2
2.73
5.86
7.02
7.51
7.86
8.27
M2P0
4.97
4.91
5.35
5.61
5.73
6.15
M2P1
0
1
4
5.74
6.9
7.12
M2P2
3.88
4.81
5.7
7.02
7.23
7.84

            Dari Tabel 3. Diketahui bahwa pengaruh media tanam terhadap diameter batang yang tertinggi yaitu pada perlakuan M1 pada 8 MST (8,25) dan terendah pada perlakuan M1 pada 1 MST (2,38).
            Dari Tabel 3. Diketahui bahwa pengaruh pemberian pupuk NPKMg terhadap diameter batang yang tertinggi pada perlakuan P2 pada 6 MST (8,06), dan terendah pada perlakuan P1 pada 1 MST (1,95).
            Dari Tabel 3. Diketahui bahwa pengaruh interaksi antara media tanam dan pupuk NPKMg terhadap diameter batang yang tertinggi pada perlakuan M1P0 pada 6 MST (8,77), dan terendah pada perlakuan M2P1 pada 1 MST (0).

Gambar 7. Diagram Batang Pengaruh Media Tanam Terhadap Diameter Batang (mm)

Gambar 8. Grafik Pengaruh Pemberian Pupuk NPKMg Terhadap Diameter Batang





Gambar 9. Grafik Pengaruh Media Tanam dan Pupuk NPKMg Terhadap      Diameter Batang

Pembahasan
            Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pengaruh media tanam terhadap tinggi tanaman (cm) yang tertinggi berada pada perlakuan M1 pada 6 MST (23,86), dan terendah pada perlakuan M2 pada 1 MST (12,64). Hal ini disebabkan oleh pada perlakuan M1 merupakan media top soil + pasir, dimanana unsur hara pada top soil tersedia dan adanya pasir yang membuat media tanam dapat menyerap air dengan cepat. Hal ini sesuai dengan literatur Hartman, et al (1981) yang menyatakan bahwa peranan pasir dalam mengatur sifat-sifat tanah, semakin tinggi ppersentase dalam tanah, semakin banyak pori-pori di antara partikel tanah dan hal ini dapat memperlancar gerakan udara atau air.
            Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pengaruh pupuk NPKMg terhadap parameter tinggi tanaman (cm) yang tertinggi yaitu pada perlakuan P1 pada 6 MST (26,62), dan terendah yaitu  P0 pada 1 MST (12,53). Hal ini disebabkan pupuk dapat terserap secara efisien oleh tanaman dan membantu dalam proses petumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Damanik, dkk (2010) yang menyatakan unsur hara makro yang ditambahkan kepada tanaman akan diserap membantu pertumbuhan tanaman lebih baik.
            Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pengaruh interaksi antara media tanam dan pupuk NPKMg (MxP) terhadap tinggi tanaman yang tertinggi yaitu pada perlakuan  M1P1 pada 6 MST (30,83), dan terendah yaitu pada perlakuan M2P1 pada 1 MST (9,73). Hal ini disebabkan karena bagi pupuk dan kebutuhan pemupukan kebun diperlukan kelengkapan unsur hara pada pupuk NPKMg. Hal ini sesuai dengan literatur Anwar (2008) yang menyatakan bahwa bagi pupuk dan kebutuhan pemupukan kebun, diperlukan kelengkapan unsur hara, diantaranya NPKMg, sulfur, calcium, dan unsur hara mikro.
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pengaruh media tanam terhadap parameter jumlah daun (helai) yang tertinggi yaitu pada perlakuan M1 pada 6 MST (5,17), dan terendah pada perlakuan M1 ada 1 MST (2,89). Hal ini disebabkan oleh pada perlakuan M1 merupakan media top soil + pasir, dimanana unsur hara pada top soil tersedia dan adanya pasir yang membuat media tanam dapat menyerap air dengan cepat. Hal ini sesuai dengan literatur Hartman, et al (1981) yang menyatakan bahwa peranan pasir dalam mengatur sifat-sifat tanah, semakin tinggi ppersentase dalam tanah, semakin banyak pori-pori di antara partikel tanah dan hal ini dapat memperlancar gerakan udara atau air.
            Dari hasil Pengamatan diketahui bahwa pengaruh pemberian pupuk NPKMg terhadap parameter jumlah daun (helai) yang tertinggi yaitu pada perlakuan P2 pada 6 MST (5,58) dan terendah pada perlakuan P0 pada 1 MST (2,75). Hal ini disebabkan pupuk dapat terserap secara efisien oleh tanaman dan membantu dalam proses petumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Damanik, dkk (2010) yang menyatakan unsur hara makro yang ditambahkan kepada tanaman akan diserap membantu pertumbuhan tanaman lebih baik.
            Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pengaruh pemberian media tanam dan pupuk NPKMg terhadap parameter jumlah daun (helai) yang tertinggi pada perlakuan M1P2 pada 6 MST (6,0), dan terendah pada perlakuan M1P0 pada 1 MST (2,0). Hal ini disebabkan karena bagi pupuk dan kebutuhan pemupukan kebun diperlukan kelengkapan unsur hara pada pupuk NPKMg. Hal ini sesuai dengan literatur Anwar (2008) yang menyatakan bahwa bagi pupuk dan kebutuhan pemupukan kebun, diperlukan kelengkapan unsur hara, diantaranya NPKMg, sulfur, calcium, dan unsur hara mikro.
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pengaruh media tanam terhadap diameter batang yang tertinggi yaitu pada perlakuan M1 pada 6 MST (8,25) dan terendah pada perlakuan M1 pada 1 MST (2,38). Hal ini disebabkan oleh pada perlakuan M1 merupakan media top soil + pasir, dimanana unsur hara pada top soil tersedia dan adanya pasir yang membuat media tanam dapat menyerap air dengan cepat. Hal ini sesuai dengan literatur Hartman, et al (1981) yang menyatakan bahwa peranan pasir dalam mengatur sifat-sifat tanah, semakin tinggi ppersentase dalam tanah, semakin banyak pori-pori di antara partikel tanah dan hal ini dapat memperlancar gerakan udara atau air.
            Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pengaruh pemberian pupuk NPKMg terhadap diameter batang yang tertinggi pada perlakuan P2 pada 6 MST (8,06), dan terendah pada perlakuan P1 pada 1 MST (1,95). Hal ini disebabkan pupuk dapat terserap secara efisien oleh tanaman dan membantu dalam proses petumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Damanik, dkk (2010) yang menyatakan unsur hara makro yang ditambahkan kepada tanaman akan diserap membantu pertumbuhan tanaman lebih baik.
            Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pengaruh interaksi antara media tanam dan pupuk NPKMg terhadap diameter batang yang tertinggi pada perlakuan M1P0 pada 6 MST (8,77), dan terendah pada perlakuan M2P1 pada 1 MST (0). Hal ini sesuai dengan literatur Anwar (2008) yang menyatakan bahwa bagi pupuk dan kebutuhan pemupukan kebun, diperlukan kelengkapan unsur hara, diantaranya NPKMg, sulfur, calcium, dan unsur hara mikro.


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1.            Pada parameter tinggi tanaman diperoleh pengaruh media tanam tertinggi yaitu M1 pada 6 MST (23,86), pada pengaruh pupuk NPKMg yang tertinggi yaitu P1 pada 6 MST (26,62), dan pada interaksi media tanam dan pupuk yaitu M1P1 pada 6 MST (30,83).
2.            Pada parameter tinggi tanaman diperoleh pengaruh media tanam terendah yaitu M2 pada 1 MST (12,64), pada pengaruh pupuk NPKMg yaitu P0 pada 1 MST (12,53),dan pada interaksi media tanam dan pupuk yaitu M2P1 pada 1 MST (9,73).
3.            Pada parameter jumlah daun diperoleh pengaruh media tanam tertinggi yaitu M1 pada 6 MST (5,17), pada pengaruh pupuk NPKMg yaitu P2 pada 6 MST (5,58) , dan pada interaksi media tanam dan pupuk yaitu M1P2 pada 6 MST (6,0).
4.            Pada parameter jumlah daun diperoleh nilai terendah pada pengaruh media tanam yaitu M1 ada 1 MST (2,89), pada pengaruh pemberian pupuk yaitu P0 pada 1 MST (2,75), dan pada interaksi media tanam dan pupuk yaitu M1P0 pada 1 MST (2,0).
5.            Pada parameter diameter batang diperoleh nillai tertinggi pada pengaruh media tanam yaitu M1 pada 6 MST (8,25), pada pengaruh pemberian pupuk NPKMg yaitu P2 pada 6 MST (8,06), dan pada perlakuan interakksi antara media tanam dan pupuk yaitu M1P0 pada 6 MST (8,77).
6.            Pada parameter diameter batang diperoleh nilai terendah pad
7.            pengaruh media tanam yaitu M1 pada 1 MST (2,38), pada pengaruh pemberian pupuk NPKMg yaitu P1 pada 1 MST (1,95), dan pada perlakuan interaksi antara media tanam dan pupuk yaitu M2P1 pada 1 MST (0). 

Saran
            Diharapkan dalam penyajian data praktikan harus lebi teliti agar tidak terjadi kesalahan.











DAFTAR PUSTAKA
Buchman, H and N. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Scegionan Bhratara. Karya Aksara, Jakarta.

Fauzi, Y., Yusnita, G. W., Iman, S., Rudi, H., 2005. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta.

Goldsworthy, P. R. and N. M. Fisher. 1996. Physiology Of tropic Plant. Mac. Millan. Company. New York.

Hartman, H, W.Kracker., M.Anton.1981. Plant Science. Prentice and Hall.Inc, Mew Jersey.

http://situshijau.co.id//tanaman/hutan/khtml/sawit. 2009. Produksi Sawit. Diakses tanggal 19 April 2010. Medan.

http://ashesflora.co.id. 2009. Budidaya sawit. Diakses tanggal 19 April 2010. Medan.

http://teddysite.blogspot.  Unsur Hara Tanaman. 2009. Diakses tanggal 19 April 2010. Medan.

Khaeruddin. 1991. Pembibitan Tanaman HTI. Penebar Swadaya. Jakarta.

Risza, S., 1994. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktifitas. Kansius. Yogyakarta.

Setyamidjaja, D. 1999. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius, Yogyakarta.

Sianturi, H. 2001. Budidaya Kelapa Sawit. Fakultas Pertanian USU, Medan.

Steenis. 1975. Flora. Paramitha, Jakarta.

Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Kanisius, Yogyakarta.

Syamsulbahri, 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. UGM Press, Jakarta.

Widiastuti, H dan T. W. Darmono. 2000. Respon Bibit Kelapa Sawit Terhadap Pemberian Kompos TKKS. Bandar Lampung.



Komentar

Postingan Populer