laporan ekobiotan

PENDAHULUAN Latar Belakang Tahapan penting yang mutlak harus dilakukan selama bekerja di ruang praktikum mikrobiologi adalah prinsip sterilisasi. Bahan atau peralatan yang digunakan harus dalam keadaan steril. Steril artinya tidak didapatkan mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya, baik yang menganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan. Setiap proses baik fisika, kimia dan mekanik yang membunuh semua bentuk kehidupan terutama mikrooranisme disebut dengan sterilisasi. Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses sterilisasi. Jika sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang merupakan bentuk paling resisten dari kehidupan mikroba, akan diluluhkan (Cappuccino, 1983). Pembiakan mikroba dalam laboratorium memerlukan medium yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme. Zat hara digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme, dan pergerakan. Lazimnya, medium biakan berisi air, sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, hidrogen, serta unsur-unsur lainnya. Dalam bahan dasar medium dapat pula ditambahkan faktor pertumbuhan berupa asam amino, vitamin, atau nukleotida (Lim, 1998). Isolasi mikroba bertujuan untuk memperoleh mikroba tertentu sehingga akan diperoleh biakan murni. Umumnya isolasi dilakukan dengan agar miring (Irianto, 2007). Teknik isolasi adalah suatu teknik yang dilakukan untuk memisahkan satu jenis mikroba dari mikroba lainnya yang berasal dari biakan campuran sehingga kita memperoleh suatu biakan murni yang kita inginkan. Sebelum melakukan isolasi terlebih dahulu dilakukan pengambilan sampel (Nurhayati, 2010). Penyimpanan mikroba bertujuan untuk memperoleh biakan/kultur mikroba kapanpun kita inginkan. Mikroba yang dapat diremakan untuk tujuan penyimpanan adalah isolat/biakan mikroba yang harus mampu mempertahankan sifat yang diharapkan darinya untuk waktu yang lama (Fardiaz, 1992). Tujuan dari media isolasi adalah untuk menentukan keberadaan mikroorganisme pada materi pembiakan. Hal ini memerlukan eliminasi organic flora normal agar keberadaan pathogen dapat ditentukan. Ketika sampai pada tahap pemilihan media selektif, beberapa criteria harus diperhatikan. Hal ini termasuk specimen, pemindahan apa yang digunakan, reaksi gram pembiakan, keberadaan organism komensal dan sifat agen yang dicurigai (Pelczar, 1986). Media isolasi khusus diformulasikan untuk kebutuhan terhadap mikroorganisme spersifik sehingga memungkinkan isolasi dan identifikasi yang lebih cepat (singkatnya: untuk menumbuhkan satu jenis mikroba saja). Contohnya adalah agar mannitol salt yang bersifat selektif untuk Staphylococcus patogenik (Dwidjoseputro, 1990). Berikut merupakan prosedur pengambilan sampel menurut Hadioetomo (1993). 1.Sampel Tanah Jika mikroorganisme yang diinginkan kemungkinan beradadidalam tanah, maka cara pengambilannya disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan. Misal jika yang diinginkan mikroorganisma rhizosfer maka sampel diambil dari sekitar perakaran dekat permukaan hingga ujung perakaran. 2. Sampel Air Pengambilan sampel air bergantung kepada keadaan airitu sendiri. Jika beerasal dari air sungai yang mengalir makabotol dicelupkan miring dengan bibir botol melawan arus air. Bila pengambilan sampel dilakukan pada air yang tenang,botol dapat dicelupkan dengan tali, jika ingin mengambilsampel dari air keran maka sebelumya keran dialirkan dulubeberapa saat dan mulut kran dibakar. Tetapi jika suspense sudah tersedia, maka kita tidak perlu mengambil sampel, kita tinggal lanjutkan ke langkah melakukan teknik isolasi. Agar tidak dapat dihidrolisi oleh bakteri yang ditumbuhkan padanya dan tidak mengandung nutrisi apapun bagi bakteri. Sehingga agar dapat digunakan untuk mensolidkan media tanpa mengubah komponen atau tanpa mencairkan media biakan. Menurut Hadioetomo (1993) agar memiliki beberapa keunggulan lainnya yang juga penting bagi para ahli mikrobiologi, yaitu: 1. Tetap solid pada temperature pembiakan Agar ditemukan sebagai hasil dari pencarian alatuntuk memisahkan bakteri ke dalam pembiakan murni. Gelatin, di lain pihak meleleh ketika temperature berada di atas 250C dan mudah dihidrolisis oleh banyak bakteri. Ketika gelatin digunakan sebagai agen solid, bagitu mencair (baik karena “meleleh” maupun karena katifitassendiri), bakteri menjadi tercanpur dan tidak lagi dapatdipelajari sebagai populasi biakan murni. Sedangkan Agartidak mencair hingga mencapai suhu 1000C, dan karenaumumnya tidak akan mencair karena aktifitas bakteri. Agar dapat digunakan untuk mensolidkan media pembiakantanpa harus cemas terjadi pencampuran biakan murni. 2. Tidak berwarna Agar yang disolodkan biasanya agak berkabut tetapi tetaptransparan. Hal inimerupakan karakteristik yang pentingkarena kita dimungkinkan untuk melakukan pengamatanterhadap karakteristik koloni bakteri yang tidak akan tampak jika Agar dalam keadaan buram. 3. Dapat berubah wujud Agar merupakan koloid yang dapat dibolak-balik. Ia dapat berubah dari fase sol (cair ke gel (padat) pada suhu tertentu. Fase peubahan dari gel ke sol (padat ke cair) terjadi pada suhu >1000C, tetapi bergantian berubah darisol ke gel (cair ke padat) pada suhu 450C. Ini berarti agar dapat dipanaskan hingga suhu 550C dan disimpan dalam bentuk cair hingga digunakan. Katika agar dalam keadaan cair, komponen tambahan dapat ditambahkan, dan jika perlu bakteri dapat dicampurkan pada agar untuk pemisah. Jika sebagian nutrisi atau vakteri tidak tahan panas ditambahkan pada agar cair pada suhu 500C, agar dapat dituangkan pada tabung atau piring tanpa terjadi denaturasi panas pada nutrisi atau pemanasan yang dapat membunuh bakteri. Hal ini tentu saja tidak akan mungkin jika media disolidkan ada suhu yang tinggi. Hasil isolasi baru dapat dilihat setelah inkubasi beberapa hari. Isolasi harus dikerjakan pada tempat yg steril dan diinkubasi dalam ruang yg cukup intensitas cahaya (Waluyo, 2007). Terdapat dua prosedur isolasi yang umum digunakan pada setiap praktikum mikrobiologi. Prosedur pertama yaitu streak plate, mungkin merupakan satu-satunya prosedur yang paling umum digunakan dalam laboratorium mikrobiologi. Campuran bakteri disebarkan di atas permukaan media nutrisi solid sehingga koloni yang terisolasi dapat berkembang. Prosedur kedua, pour plate, kurang umum digunakan untukmengukur jumlah bakteri dalam suatu sampel. Prosedur ini memerlukan satu takar sampel yang dicampurkan dengan media yang dilelehkan, kemudian dituangkan ke dala petri plate, lalu dilarutkan dengan benar. Koloni yang terisolasi akan berkembang setelah inkubasi (Cappuccino dan Natalie, 1983) Streak plate yang berhasil akan menghasilkan koloniterisolasi yang dapat dipindahkan pada media baru dengan keyakinan bahwa koloni tersebut adalah murni. Bertujuan untuk mengisolasi mikroorganisme dari campurannya ataumeremajakan kultur ke dalam medium baru (Tim Dosen Biologi, 2009). Untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba, diperlukan substrat yang disebut media. Media sebelum dipergunakan harus dalam keadaan steril, artinya tidak ditumbuhi oleh mikroba lain yang tidak diharapkan. Susunan bahan, baik berbentuk bahan alami (seperti kecambah kacang hijau/tauge, kentang, daging, telur, wortel dan sebagainya) ataupun bahan buatan (berbentuk senyawa kimia baik organik ataupun anorganik) yang dipergunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba, disebut “media” (Lim, 1998). Menurut Volk & Wheeler (1993) agar mikroba dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di dalam media, diperlukan persyaratan tertentu, yaitu: a. Di dalam media harus terkandung semua unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba. b. Media harus mempunyai tekanan osmosa, tegangan permukaan, dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba. c. Media harus dalam keadaan steril, artinya sebelum ditanami mikroba yang dimaksud, tidak ditumbuhi oleh mikroba lain yang tidak diharapkan. Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan mikrobiologi dalam usaha mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat dimatikan setempat (in situ) oleh panas (kalor), gas-gas seperti formaldehide, etilen oksida atau betarioplakton oleh bermacam-macam larutan kimia, oleh sinar ultra violet atau sinar gamma. Mikroorganisme juga dapat disingkirkan secara mekanik oleh sentrifugasi kecepatan tinggi atau oleh filtrasi (Sutedjo, dkk., 1991). Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada pada suatu tempat sehingga jika ditumbuhkan suatu specimen di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak selain dari spesiemen yang dimaksudkan untuk ditumbuhkan. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang palingtahan panas sekalipun, yaitu spora bakteri (Irianto, 2006). Cara sterilisasi yang umum dilakukan adalah sterilisasi secara fisik,kimia dan mekanik. Sterilisasi secara fisik misalnya dengan pemanasan, penggunaan sinar bergelombang pendek seperti sinar X, sinar gamma, sinar ultra violet dan sebagainya. Sterilisasi secara kimia, misalnya dengan penggunaan desinfektan, larutan alkohol, larutan formalin, laruta AMC (campuran asam khlorida dengan garam Hg) dan sebagainya.Sterilisasi secara mekanik, misalnya dengan cara penggunaan saringan/filter (Waluyo, 2007). Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan selama senyawa kimia yang akan disterilkan tidak akan berubah atau terurai akibat temperatur tinggi atau tekanan tinggi. Bahan ataupun peralatan yang dipergunakan di dalam bidang mikrobiologi, harus dalam keadaan steril. Artinya pada bahan atau peralatan tersebut tidak didapatkan mikroba lain yang tidak diharapkan, baik yang akan mengganggu/merusak media ataupun mengganggu kehidupan dan proses yang sedang berlangsung. Dengan udara panas diperlukan alat yang dinamakan “bejana/ruang panas” (oven) dengan temperatur antara 170-180C. Waktu yang dipergunakan adalah 2 jam. Cara ini umum dipergunakan untuk mensterilkan peralatan gelas (tabung, labu, botol dan sebagainya) (Sutedjo, dkk., 1991). Beberapa larutan garam seperti NaCl (9%), KCI (11%) dan KNO (10%) dapat dipergunakan untuk membunuh mikroba karena tekanan osmotiknya, yaitu dengan dehidrasi protein pada substrat. Sedangkan asam kuat atau basa kuat dapat pula dipergunakan karena bersifat menghidrolisis sel. Larutan KMnO4 (1%) dan HCL (1,1%) ternyata merupakan senyawa yang kuat karena dapat mengoksidasi substrat. Sedangkan yang paling banyak digunakan adalah larutan HgCl2 (0,1%). Hanya sayangnya senyawa ini sangat beracun dan bersifat korosif serta dapat merusak jaringan inang dan mengendapkan protein. Juga larutan garam Cu (dari CuSO4) merupakan senyawa yang paling banyak dipergunakan sebagai algisida (pembasmi alge). Khlor dan senyawa khlor lainnya banyak dipergunakan sebagai desinfektan terutama pada tempat penyimpanan air. Larutan formalin atau formaldehida merupakan senyawa yang mudah larut dalam air tetapi sangat efektif dengan kadar antara 4-20%. Larutan alkohol dengan kadar antara 50-75% banyak juga dipergunakan karena cepat menyebabkan koagulasi (penggumpalan) protein mikroba (Nurhayati, 2010). Untuk menumbuhkan mikroorganisme dengan baik, maka kita harus dapat memilih media yang sesuai dengan mikroorganisme yang akan kita tanam dan ditumbuh kembangkan. Berikut adalah syarat-syarat dari mediayang baik yaitu media harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba (tergantung jenis mikroba), media harus mempunyai tekanan osmotis, pH lingkungan yang sesuai, tegangan permukaan yang tepat, dan suhuyang sesuai, media tidak boleh mengandung zat-zat racun yang dapat menghambat tumbuhnya mikroba dan media harus dalam keadaan steril sebelum digunakan (Fardiaz, 1992). DAFTAR PUSTAKA Irianto, Koes. 2007. Mikrobiologi Menguak Dunia Organisme Jilid 1.Bandung : CV. Yrama Widya. Tim Dosen Biologi. 2009. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum.Surabaya : Universitas Airlangga. Waluyo, Lud. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang : UMM Press. Dwidjoseputro, Prof.Dr.D. 1990. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta Irianto, K.2006. Mikrobiologi.Yrama Widya : Bandung Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Universitas MuhamadiyahMalang; Malang. Nurhayati, M. 2010. Makalah Mikrobiologi. SMK Negeri 7, Bandung. Cappuccino, J. G. dan Natalie. S. 1983. Microbiology A Laboratory Manual. Addison-Wesley Publishing Company. New York. Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT.Gramedia, Jakarta. Lim, D. 1998.Micr obiology. WCB Mc Graw-Hill. Missouri. Pelczar, Jr. et al. 1986. Dasar–Dasar Mikrobiologi. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Sutedjo, dkk. 1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta, Jakarta. Volk & Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar. Penerbit Erlangga, Jakarta. Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang.

Komentar

Postingan Populer